makalah gc
MAKALAH
GC
(Gas Chromatography)
Disusun oleh
RINO RAMADHAN (27)
4 Kimia Analisis 3
SMK
NEGERI 1 (STM PEMBANGUNAN)
TEMANGGUNG
Jalan Kadar Maron, Kotak Pos 104,
Telp/Fax. (0293) 4901639
Website :http://stembatema.sch.id. E-mail:smkn1_marontmg@yahoo.co.id
Temanggung 56221
DAFTAR
ISI
Hal
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
KATA
PENGANTAR.................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar
Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan
Masalah...............................................................................................2
C. Manfaat
Penulisan..............................................................................................2
BAB II :
PEMBAHASAN............................................................................................3
A. Pengertian GC...................................................................................................
3
B. Prinsip GC......................................................................................................... 3
C. Komponen GC
.................................................................................................
3
D. Mekanisme
Kerja GC.......................................................................................
7
E. Cara
Menjalankan Alat GC..............................................................................
8
F. Cara
Kerja GC..................................................................................................
9
G. Kelebihan dan
Kelemahan GC………………………………........................ 10
H. Sampel Yang
Dapat Dianalisa dengan GC………………………….............. 10
I. Aplikasi
GC………………………………………………............................. 11
J. Contoh
Percobaan dengan GC........................................................................
12
BAB II : PENUTUP
..................................................................................
18
A. Kesimpulan
..........................................................................................18
B. Saran
....................................................................................................18
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................18
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kami
panjatkan kepada Alloh swt yang telah memberi kami rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Makalah yang saya
susun ini berjudul “GC (Kromatografi Gas) “. Makalah ini
kami susun dalam rangka memenuhi tugas sekolah.
Kami menyadari dalam penyusunan
makalah ini masih jauh dari sempuna. Maka dari itu, kritik dan saran
anda sangat kami nantikan. Terima kasih atas segala partisipasi semua pihak
yang mendukung tersusunnya makalah ini. Atas segala kekurangan dan kesalahannya
kami mohon maaf.
Wassalamu’alaikum Wr.wb
Temenggung,
Juli 2018
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kromatografi adalah teknik pemisahan fisik
suatu campuran zat-zat kimia yang berdasar pada perbedaan kecepatan migrasi
dari masing-masing komponen campuran yang terpisah pada fase diam dibawah
pengaruh pergerakan fase yang bergerak. Kromatografi bertujuan untuk pemisahan
komponen dari matriks sampel dan tetap dibiarkan dalam fase diam kemudian
ditentukan untuk analisis.
Kromatografi gas merupakan teknik
instrumental yang dikenalkan pertama kali pada tahun 1950-an. Pekerjaan di
laboratorium analisis pada umumnya tidak dapat dipisahkan dengan proses
pemisahan campuran zat-zat kimia, terutama apabila yang dianalisis adalah suatu
sampel dengan susunan yang kompleks. Cara-cara pemisahan dan kecermatan
pelaksanaan pemisahan campuran zat-zat. Di samping itu metode analisis yang
dipakai untuk penentuan zat kimia juga menuntut adanya proses pemisahan sebelum
dilakukan pengukuran kadar (secara kuantitatif) maupun penentuan sifat
fisika-kimia yang khas dari suatu zat yang akan ditentukan. Maksud dan tujuan
dilakukan pemisahan adalah untuk memisahkan komponen yang akan ditentukan
berada dalam keadaan murni tidak tercampur dengan komponen-komponen yang
lainnya.
Kromatografi gas (GC) merupakan salah satu
teknik spektroskopi yang menggunakan prinsip pemisahan campuran berdasarkan
perbedaan kecepatan migrasi komponen-komponen penyusunnya. Kromatografi gas
ditemukan pada tahun 1903 oleh Tswett dan biasa digunakan untuk
mengidentifikasi suatu senyawa yang terdapat pada campuran gas.
Pengidentifikasian secara lebih lanjut dapat digunakan dalam mengestimasi
konsentrasi suatu senyawa dalam fasa gas.
Kromatografi gas biasa digunakan untuk
mengidentifikasi suatu senyawa yang terdapat pada campuran gas dan juga
mempunyai peranan penting dalam mengestimasi konsentrasi suatu senyawa dalam
fasa gas. Data-data yang dihasilkan oleh detektor GC adalah kromatogram yang
pembacaannya memiliki fungsi tertentu tiap spesifikasinya.
Kromatografi gas
merupakan salah satu jenis teknik analisis yang semakin banyak diamati, karena
terbukti dapat digunakan untuk menyelesaikan berbagai masalah analisis. Pada
awalnya (GC) hanya digunakan untuk analisis gas saja. Akan tetapi dengan
kemajuan ilmu dan teknologi, akhirnya (GC) dapat digunakan untuk analisis bahan
cair dan padat termasuk bahan polimer.
Sekarang ini, kromatografi sangat diperlukan dalam kefarmasian dalam
memisahkan suatu campuran senyawa. Dalam kromatografi, komponen-komponen
terdistribusi dalam dua fase. Salah satu fase adalah fase diam. Transfer massa
antara fase bergerak dan fase diam terjadi bila molekul-molekul campuran serap
pada permukaan partikel-partikel atau terserap di dalam pori-pori partikel atau
terbagi kedalam sejumlah cairan yang terikat pada permukaan atau di dalam pori.
Kromatografi gas merupakan teknik analisis yang telah digunakan dalam bidang:
industri, farmasi, kimia, klinik, forensik, makanan, dll.
Kromatografi gas juga merupakan metode yang
tepat dan cepat untuk memisahkan campuran yang sangat rumit. Waktu yang
dibutuhkan beragam, mulai dari beberapa detik utnuk campuran sederhana sampai
berjam-jam untuk campuran yang mengandung 500-1000 komponen. Komponen campuran
dapat diidentifikasikan dengan menggunakan waktu tambat (waktu retensi) yang
khas pada kondisi yang tepat. Waktu tambat ialah waktu yang menunjukkan berapa
lama suatu senyawa tertahan dalam kolom.waktu tambat diukur dari jejak pencatat
pada kromatogram dan serupa dengan volume tambat dalam KCKT dan Rf dalam KLT.
Dengan kalibrasi yang patut, banyaknya (kuantitas) komponen campuran dapat pula
diukur secara teliti . kekurangan utama KG adalah bahwa ia tidak mudah dipakai
untuk memisahkan campuran dalam jumlah besar. Pemisahan pada tingkat mg mudah
dilakukan, pemisahan campuran pada tingkat g mungkin dilakukan; tetapi
pemisahan dalam tingkat pon atau ton sukar dilakukan kecuali jika tidak ada
metode lain.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, penulis dapat
merumuskan masalah sebagai berikut:
·
Apa pengertian
dari GC ?
·
Apa sajakah komponen
yang terdapat dalam GC ?
·
Bagaimana
prinsip dasar dari GC ?
·
Bagaimana
prinsip kerja dari GC ?
·
Bagaimana
perawtaan dari GC ?
·
Apa kegunaan
dari GC ?
·
Apa kelebihan
dan kekurangan dari GC ?
·
Bagaimana
contoh percobaan GC ?
C.
Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diharapkan
dari penulisan makalah ini selain memenuhi tugas dari sekolah, juga bertujuan untuk memberi
masukan ilmu pengetahuan bagi semua khalayak pada umumnya dan khususnya bagi
penulis pribadi sehingga kedepannya dapat lebih mengetahui bagaimana metode
maupun prinsip kerja dari GC.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
GC
Kromatografi
Gas adalah proses pemisahan campuran menjadi komponen-komponennya dengan
menggunakan gas sebagai fase bergerak yang melewati suatu lapisan serapan
(sorben) yang diam.
Kromatografi gas
fase gerak dan fase diamnya diantaranya :
·
Fase gerak adalah gas dan zat terlarut terpisah
sebagai uap. Pemisahan tercapai dengan partisi sampel antara fase gas bergerak
·
Fase diam berupa cairan dengan titik didih
tinggi (tidak mudah menguap) yang terikat pada zat padat penunjangnya
Kromatografi
gas termasuk dalam salah satu alat analisa (analisa kualitatif dan analisa
kuantitatif), kromatografi gas dijajarkan sebagai cara analisa yang dapat
digunakan untuk menganalisa senyawa-senyawa organic. Kita telah mengetahui
bahwa ada dua jenis kromatografi gas, yatiu kromatografi gas padat (KGP), dan
kromatografi gas cair (KGC). Dalam kedua hal ini sebagai fasa bergerak adalah
gas (hingga keduanya disebut kromatografi gas), tetapi fasa diamnya berbeda.
Meskipun kedua cara tersebut mempunyai banya persamaan. Perbedaan antara
kedunya hanya tentang cara kerja.
Pada
kromatografi gas padat (KGP) terdapat adsorbsi dan pada kromatografi gas cair
(KGC) terdapat partisi (larutan). Kromatografi gas padat (KGP) digunakan
sebelum tahun 1800 untuk memurnikan gas. Metode ini awalnya kurang berkembang.
Penemuan jenis-jenis padatan baru sebagi hasil riset memperluas penggunaan
metode ini. Kelemahan metode ini mirip dengan kromatografi cair padat.
Sedangkan kromatografi gas cair sering disebut oleh para pakar kimia organic
sebagai kromatografi fasa uap. Pertama kali dikenalkan oleh James dan Martin
pada tahun 1952. metode ini paling banyak digunakan karena efisien, serba guna,
cepat dan peka. Cuplikan dengan ukuran beberapa microgram sampel dengan ukuran
10 gram masih dapat dideteksi. Komponen cuplikan harus mempunyai tekanan
beberapa torr pada suhu kolom.
B.
Prinsip
Kerja GC
Kromatografi
gas mempunyai prinsip yang sama dengan kromatografi lainnya, tapi memiliki
beberapa perbedaan misalnya proses pemisahan campuran dilakukan antara
stasionary fase cair dan gas fase gerak dan pada oven temperur gas dapat
dikontrol sedangkan pada kromatografi kolom hanya pada tahap fase cair dan temperatur
tidak dimiliki.
Secara
rinci prinsip kromatografi adalah udara dilewatkan melalui nyala hydrogen
(hydrogen flame) selanjutnya uap organik tersebut akan terionisasi dan
menginduksi terjadinya aliran listrik pada detektor, kuantitas aliran listrik
sebanding dengan ion.
C.
Komponen
GC
Adapun
komponen-komponen dari kromatografi gas yaitu sebagai berikut :
1.
Gas
Pembawa
Pada pengamatan ini, terlihat tiga
tabung gas yang memiliki warna yang berbeda. Pada tabung 1, berisi gas tekan;
tabung 2, berisi gas Nitrogen (N2)
dan pada tabung 3, berisi gas Hidrogen (H2).
Gas pembawa harus bersifat inert
artinya gas ini tidak bereaksi dengan cuplikan ataupun fasa diamnya. Gas ini
disimpan dalam silinder baja bertekanan tinggi sehingga gas ini akan mengalir
cepat dengan sendirinya. Karena aliran gas yang cepat inilah maka pemisahan
dengan kromatografi gas berlangsung hanya dalam beberapa menit saja.
Gas pembawa yang biasa digunakan
adalah gas argon, helium,
hidrogen dan nitrogen. Gas nitrogen memerlukan kecepatan alir yang lambat (10
cm/detik) untuk mencapai efisiensi yang optimum dengan HETP (High Eficiency
Theoretical Plate) minimum. Sementara hidrogen dan helium dapat dialirkan lebih
cepat untuk mencapai efisiensi optimumnya, 35 cm/detik untuk gas hidrogen dan 25
cm/detik untuk helium. Dengan kenaikan laju alir, kinerja hidrogen berkurang
sedikir demi sedikit sedangkan kinerja nitrogen berkurang secara drastis.
Semakin cepat solut
berkesetimbangan di antara fasa
diam dan fasa gerak maka semakin kecil pula faktor transfer massa. Difusi solut
yang cepat membantu mempercepat kesetimbangan di antara dua fasa tersebut,
sehingga efisiensinya meningkat (HETP nya menurun). Pada kecepatan alir tinggi,
solut berdifusi lebih cepat melalui hidrogen dan helium daripada melalui
nitrogen. Hal inilah yang menyebabkan hidrogen dan helium memberikan resolusi
yang lebih baik daripada nitrogen. Hidrogen memiliki efisiensi yang relatif
stabil dengan adanya perubahan kecepatan alir. Namun, hidrogen mudah meledak
jika terjadi kontrak dengan udara. Biasanya, helium banyak digunakan sebagai
penggantinya. Kotoran
yang terdapat dalam carrier gas dapat bereaksi dengan fasa diam. Oleh karena
itu, gas yang digunakan sebagai gas pembawa yang relatif kecil sehingga tidak
akan merusak kolom. Biasanya terdapat saringan (molecular saeive) untuk
menghilangkan kotoran yang berupa air dan hidrokarbon dalam gas pembawa .
Pemilihan gas pembawa biasanya disesuaikan dengan jenis detektor.
2.
Injektor
Sampel dapat berupa gas atau cairan
dengan syarat sampel harus mudah menguap saat diinjeksikan dan stabil pada suhu
operasional (50°-300° C). Injektor berada dalam oven yang temperaturnya dapat
dikontrol. Suhu injektor biasanya 50° C di atas titik didih cuplikan. Jumlah
cuplikan yang diinjeksikan sekitar 5 µL. Tempat pemasukkan cuplikan cair pada
kolom pak biasanya terbuat dari tabung gelas di dalam blok logam panas. Injeksi
sampel menggunakan semprit kecil. Jarum semprit menembus lempengan karet tebal
disebut septum yang mana akan mengubah bentuknya kembali secara otomatis ketika
semprit ditarik keluar.
Untuk cuplikan berupa gas dapat
dimasukkan dengan menggunakan alat suntik gas (gas-tight syringe) atau kran gas
(gas-sampling valve). Alat pemasukan cuplikan untuk kolom terbuka dikelompokkan
ke dalam dua kategori yaitu injeksi split (split injection) dan injeksi
splitless (splitless injection). Injeksi split dimaksudkan untuk mengurangi
volume cuplikan yang masuk ke kolom. Cuplikan yang masuk biasanya hanya 0,1
% hingga 10 % dari 0,1-2 µL, sementara sisanya dibuang.
Gambar 1.2 Sistem injeksi split
Sedangkan
injeksi splitless lebih cocok digunakan untuk analisa renik.
3.
Kolom
Kolom pada umumnya terbuat dari
baja tahan karat atau terkadang dapat terbuat dari gelas. Kolom kaca digunakan
bila untuk memisahkan cuplikan yang mengandung komponen yang dapat terurai jika
kontak dengan logam. Diameter kolom yang digunakan biasanya 3 mm – 6 mm dengan
panjang antara 2-3 m. kolom dibentuk melingkar agar dapat dengan mudah
dimasukkan ke dalam oven ( thermostat ).
Kolom adalah tempat berlangsungnya
proses pemisahan komponen yang terkandung dalam cuplikan. Di dalam kolom
terdapat fasa diam yang dapat berupa cairan, wax, atau padatan dengan titik
didih rendah. Fasa diam ini harus sukar menguap, memiliki tekanan uap rendah,
titik didihnya tinggi (minimal 100º C di atas suhu operasi kolom) dan stabil
secara kimia. Fasa diam ini melekat pada adsorben. Adsorben yang digunakan
harus memiliki ukuran yang seragam dan cukup kuat agar tidak hancur saat
dimasukkan ke dalam kolom. Adsorben biasanya terbuat dari celite yang berasal
dari bahan diatomae. Cairan
yang digunakan sebagai fasa diam di antaranya adalah hidrokarbon bertitik didih
tinggi, silicone oils, waxes, ester polimer, eter dan amida. (The Techniques).
Pemilihan fasa diam juga harus disesuaikan dengan sampel yang akan dipisahkan.
Untuk sampel yang bersifat polar sebaiknya digunakan fasa diam yang polar.
Begitupun untuk sampel yang nonpolar, digunakan fasa diam yang nonpolar agar
pemisahan dapat berlangsung lebih sempurna.
Ada dua tipe kolom yang biasa
digunakan dalam kromatografi gas, yaitu kolom pak (packed column) dan kolom
terbuka (open tubular column).
·
Kolom pak (packed column)
Kolom pak terbuat dari stainless
steel atau gelas Pyrex. Gelas Pyrex digunakan jika cuplikan yang akan
dipisahkan bersifat labil secara termal. Diameter kolom pak berkisar antara 3 –
6 mm dengan panjang 1 – 5 m. kolom diisi dengan zat padat halus sebagai zat
pendukung dan fasa diam berupa zat cair kental yang melekat pada zat pendukung.
Kolom pak dapat menampung jumlah cuplikan yang banyak sehingga disukai untuk
tujuan preparatif. Kolom yang terbuat dari stainless steel biasa dicuci dengan
HCl terlarut, kemudian ditambah dengan air diikuti dengan methanol, aseton,
metilen diklorida dan n-heksana. Proses pencucian ini untuk menghilangkan karat
dan noda yang berasal dari agen pelumas yang digunakan saat membuat kolom.
Kolom pak diisi dengan 5% polyethylene glycol adipate dengan efisiensi kolom
sebesar 40,000 theoretical plates
·
Kolom terbuka (open tubular column)
Kolom terbuka terbuat dari
stainless steel atau quartz. Berdiameter antara 0,1 – 0,7 mm dengan panjang
berkisar antara 15 - 100 m. semakin panjang kolom maka akan efisiensinya
semakin besar dan perbedaan waktu retensi antara komponen satu dengan komponen
lain semakin besar dan akan meningkatkan selektivitas. Penggunaan kolom terbuka
memberikan resolusi yang lebih tinggi daripada kolom pak. Tidak seperti pada
kolom pak, pada kolom terbuka fasa geraknya tidak mengalami hambatan ketika
melewati kolom sehingga waktu analisis menggunakan kolom ini lebih singkat
daripada jika menggunakan kolom pak.
4.
Termostat
(Oven)
Termostat (oven) adalah tempat
penyimpanan kolom. Suhu kolom harus dikontrol. Temperatur kolom bervariasi
antara 50ºC - 250ºC. Suhu injektor lebih rendah dari suhu kolom dan suhu kolom
lebih rendah daripada suhu detektor. Suhu kolom optimum bergantung pada titik
didih cuplikan dan derajat pemisahan yang diinginkan.
Operasi GC dapat dilakukan secara isotermal dan
terprogram. Analisis yang dilakukan secara isotermal digunakan untuk memisahkan
cuplikan yang komponen-komponen penyusunnya memiliki perbedaan titik didih yang
dekat, sedangkan sistem terprogram digunakan untuk memisahkan cuplikan yang
perbedaan titik didihnya jauh.
5.
Detektor
Detektor adalah komponen yang
ditempatkan pada ujung kolom GC yang menganalisis aliran gas yang keluar dan
memberikan data kepada perekam data yang menyajikan hasil kromatogram secara
grafik. Detektor menunjukkan dan mengukur jumlah komponen yang dipisahkan oleh
gas pembawa. Alat ini akan mengubah analit yang telah terpisahkan dan dibawa
oleh gas pembawa menjadi sinyal listrik yang proporsional. Oleh karena itu,
alat ini tidak boleh memberikan respon terhadap gas pembawa yang mengalir pada
waktu yang bersamaan. Beberapa detektor yang dapat digunakan antara lain:
detektor hantar bahang (DHB), detektor ionisasi nyala (FID), detektor tangkap
ion, dan lain sebagainya.
6.
Rekorder
Rekorder berfungsi sebagai pencetak
hasil percobaan pada lembaran kertas berupa kumpulan puncak, yang selanjutnya
disebut sebagai kromatogram. Seperti telah diberitahukan diawal, jumlah puncak
dalam kromatogram menyatakan jumlah komponen penyusun campuran. Sedangkan luas
puncak menyatakan kuantitas komponennya.
D.
Mekanisme
Kerja GC
Pada
percobaan ini, akan dilakukan pemisahan komponen-komponen pada larutan
n-Heksana. N-Heksana dapat dideteksi dikarenakan senyawa ini merupakan senyawa
organik yang memiliki titik didih cukup rendah dan bersifat volatil.
Adapun
mekanisme kerja kromatografi gas adalah sebagai berikut : gas bertekanan tinggi
dialirkan ke dalam kolom yang berisi fasa diam, kemudian sampel berupa
n-Heksana diinjeksikan ke dalam aliran gas dan ikut terbawa oleh gas ke
dalam kolom. Di dalam kolom akan terjadi proses pemisahan dari n-Heksana
menjadikomponen-komponen penyusunnya. Komponen-komponen tersebut satu
per satu akan keluar kolom dan mencapai detektor yang diletakkan di ujung
akhir kolom. Hasil pendeteksian direkam oleh rekorder dan dikenal
sebagai kromatogram. Jumlah peak pada kromatogram menyatakan jumlah
komponen yang terdapat dalam cuplikan dan kuantitas suatu komponen
ditentukan berdasarkan luas peaknya.
Berikut adalah
skema dari instrumen GC:
Gambar Diagram kromatografi gas
Adapun hasil
yang diperoleh pada pemisahan komponen n-Heksana ini, dapat dilihat dalam
bentuk kromatogram sebagai berikut:
Pada
gambar di atas, dapat dilihat sebuah kromatogram sederhana yang memiliki 3
puncak. Puncak kecil yang berada di kiri merepresentasikan spesies yang tidak
ditahan oleh fasa diam. Waktu (tM) setelah injeksi sampel sampai
dengan munulnya puncak ini seringkali dinamakan waktu mati (dead time). Waktu
mati memberikan pengukuran dari laju migrasi rata-rata dari fasa bergerak dan
merupakan suatu parameter yang penting dalam mengidentifiasi puncak analit.
Seringkali suatu sampel akan mengandung spesies yang tidak ditahan, jika mereka
tidak memiliki spesies yang tidak ditahan maka penambahan spesies dengan sifat
seperti ini dapat dilakukan untuk membantu identifikasi puncak.
Puncak
lebih besar yang terdapat di bagian tengah gambar di atas, merupakan puncak
dari spesies analit yaitu berupa n-Heksana. Waktu yang diperlukan puncak ini
untuk mencapai detektor atau waktu yang diperlukan spesies analit untuk keluar
dari kolom dan mencapai detektor dinamakan waktu retensi (tR).
Adapun nilai Rf dari n-Heksana yaitu 1,433. Berikut nilai waktu retensi dari
komponen-komponen n-Heksana yang terbaca oleh alat GC ini:
E.
Cara
Menjalankan Alat GC
Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan, dapat diketahui tahap-tahap dalam menjalankan alat
GC tersebut. Yaitu:
1.
Mengaktifkan dan melakukan pemanasan terhadap
alat sebelum dipergunakan dengan cara menekan tombol power dan mendiamkan selama ± 15
menit.
2.
Mengalirkan gas menuju injektor dengan cara
memutar knop yang terdapat pada tabung gas.
3.
Melakukan pengaturan suhu pada detektor dengan
cara menekan tombol DET lalu mengatur suhu sebesar 100oC kemudian
menekan tombol OK.
4.
Melakukan pengaturan suhu pada injektor
dengan cara menekan tombol INJ lalu mengatur suhu sebesar 150oC
kemudian menekan tombol OK.
5.
Melakukan pengaturan suhu pada kolom dengan cara
menekan tombol COL lalu mengatur suhu sebesar 200oC kemudian menekan
tombol OK.
6.
Mengaktifkan Detektor apabila telah tercapai
suhu yang dikehendaki. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memasukkan api ke
dalam lubang detektor.
7.
Melakukan pengujian terhadap detektor untuk
mengetahui proses pembakaran telah berlangsung. Hal ini dilakukan dengan cara
menempelkan sebuah pada lubang bagian atas dan mengamati apakah terdapat
butiran embun atau tidak. Apabila terdapat butiran embun maka alat detektor
sudah siap digunakan.
8.
Mengambil sampel dan memasukkannya ke dalam
injektor dengan bantuan alat syringe.
9.
Menekan tombol spasi pada alat komputerisasi
bersamaan dengan memasukkan sampel, kemudian melihat hasil kromatografi.
10.
Mengamati kromatogram dan menetukan waktu
retensi (tR) sampel.
F.
Cara
Kerja GC
1.
Mencuci jarum suntik dengan aseton dengan
mengisi jarum suntik mendepak sepenuhnya dan aseton limbah ke kertas handuk.
Cuci 2-3 kali.
2.
Tarik beberapa sampel Anda ke dalam jarum
suntik. Anda mungkin perlu untuk menghilangkan gelembung udara di dalam tabung
suntik oleh plunyer bergerak cepat ke atas dan ke bawah sementara jarum dalam
sampel. Biasanya 1-2 mL sampel disuntikkan ke dalam GC. Boleh saja memiliki
gelembung udara kecil dalam jarum suntik. Namun, Anda tidak ingin menyuntikkan
sebagian besar udara atau puncak Anda akan terlalu kecil pada tabel perekam.
3.
Pastikan tabel perekam dan diatur ke kecepatan
grafik yang sesuai (Arrow A). Mengatur baseline menggunakan nol pada tabel
perekam (Arrow B). Dengan pena di tempat, menyalakan bagan (Arrow D), pastikan
pena ke bawah (yang menandai kertas) dan kertas bergerak.
4.
Menyuntikkan sampel Anda baik ke kolom A atau
kolom B sesuai instruksi. Pegang tingkat jarum suntik dan mendorong jarum
sepenuhnya ke injector. Setelah Anda tidak dapat lagi melihat jarum, dengan
cepat mendorong pendorong dan kemudian tarik jarumsuntikinjeksikeluardaripelabuhan.
Injeksi Catatan:
Injeksi Catatan:
injector sangat panas, jadi
berhati-hatilah untuk tidak menyentuh perak disk.
Jarum akan melewati septum karet, sehingga Anda akan merasa beberapa perlawanan. Untuk beberapa GC kita itu, kolom tidak menyelaraskan benar dalam injector, sehingga jarum hits bagian depan kolom logam. Jika Anda merasa bahwa Anda mendorong terhadap logam, menarik jarum keluar dari injector dan coba lagi, mungkin di sudut yang sedikit berbeda. Jarum harus benar-benar menghilang ke dalam injeksi untuk injeksi yang tepat sampel ke kolom GC.Suntikkan dengan cepat untuk hasil terbaik. Jangan ragu untuk menyuntikkan jarum setelah benar diposisikan di pelabuhan injeksi.Lepaskan jarum suntik segera setelah injeksi. (Pelaksanaan catatan C dan D membantu untuk memastikan bahwa semua sampel memasuki GC kolom di sekitar waktu yang sama.
Jarum akan melewati septum karet, sehingga Anda akan merasa beberapa perlawanan. Untuk beberapa GC kita itu, kolom tidak menyelaraskan benar dalam injector, sehingga jarum hits bagian depan kolom logam. Jika Anda merasa bahwa Anda mendorong terhadap logam, menarik jarum keluar dari injector dan coba lagi, mungkin di sudut yang sedikit berbeda. Jarum harus benar-benar menghilang ke dalam injeksi untuk injeksi yang tepat sampel ke kolom GC.Suntikkan dengan cepat untuk hasil terbaik. Jangan ragu untuk menyuntikkan jarum setelah benar diposisikan di pelabuhan injeksi.Lepaskan jarum suntik segera setelah injeksi. (Pelaksanaan catatan C dan D membantu untuk memastikan bahwa semua sampel memasuki GC kolom di sekitar waktu yang sama.
5.
Menandai waktu injeksi Anda pada tabel perekam.
Ini dapat dilakukan dengan menyesuaikan nol tepat setelah sampel disuntikkan.
Hal ini sering nyaman bagi satu orang untuk menyuntikkan sampel sementara
pasangan laboratorium menandai waktu injeksi di bagan perekam.
6.
Bersihkan jarum suntik Anda segera setelah
injeksi. Jarum suntik sering tersumbat dengan cepat dan harus diganti jika
mereka tidak dibersihkan setelah setiap penggunaan.
7.
Catatan pengaturan perekam grafik Anda selama
berjalan. Anda perlu mengetahui kecepatan grafik dan pengaturan skala penuh.
8.
Catatan pengaturan GC selama Anda berlari.
Sebuah tombol di bagian tengah bawah GC dapat diubah untuk membaca kolom (atau
oven) suhu, suhu detektor dan suhu injektor pelabuhan dalam ° C. Jembatan saat
ini ditampilkan dalam mA. Perhatikan bahwa ada dua skala pada layar.
Berhati-hati untuk membaca skala yang tepat!
G.
Kelebihan
dan Kelemahan GC
Adapun
kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan metode pemisahan berdasarkan
kromatografi gas (GC) yaitu sebagai berikut:
Kelebihan:
1.
Waktu analisis yang singkat dan ketajaman
pemisahan yang tinggi
2.
Dapat menggunakan kolom lebih panjang untuk
menghasilkan efisiensi pemisahan yang tinggi.
3.
Gas mempunyai vikositas yang rendah.
4.
Kesetimbangan partisi antara gas dan cairan
berlangsung cepat sehingga analisis relatif cepat dan sensitifitasnya tinggi.
5.
Pemakaian fase cair memungkinkan kita memilih
dari sejumlah fase diam yang sangat beragam yang akan memisahkan hampir segala
macam campuran.
Kekurangan:
1.
Teknik kromatografi gas terbatas untuk zat yang
mudah menguap.
2.
Kromatografi gas tidak mudah dipakai untuk
memisahkan campuran dalam jumlah besar. Pemisahan pada tingkat mg mudah
dilakukan, pemisahan pada tingkat gram mungkin dilakukan, tetapi pemisahan
dalam tingkat pon atau ton sukar dilakukan kecuali jika ada metode lain.
3.
Fase gas dibandingkan sebagian besar fase cair
tidak bersifat reaktif terhadap fase diam dan zat terlarut.
H.
Sampel
Yang Bisa Dianalisa Dengan GC
1.
Produk Gas Alam
2.
Kemurnian Pelarut
3.
Asam Lemak
4.
Residu Pestisida
5.
Polusi Udara
6.
Alkohol
7.
Steroid
8.
Minyak Atsiri
9.
Flavor
10.
Ganja (mariyuana)
I.
Aplikasi
GC
Kromatografi
gas telah digunakan pada sejumlah besar senyawa-senyawa dalam berbagai bidang.
Dalam senyawa organic dan anorganik, senyawa logam, karena persyaratan yang
digunakan adalah tekanan uap yang cocok pada suhu saat analisa dilakukan.
Berikut beberapa kegunaan kromatografi gas pada bidang-bidangmya adalah :
1.
Polusi udara
Kromatografi gas merupakan alat yang penting karena daya pemisahan yang
digabungkan dengan daya sensitivitas dan pemilihan detector GLC menjadi alat
yang ideal untuk menentukan banyak senyawa yang terdapat dalam udara yang
kotor, KGCdipakai untuk menetukan Alkil-Alkil Timbal, Hidrokarbon, aldehid,
keton SO , H S, dan beberapa oksida dari nitrogen dll.
2.
Klinik
Diklinik kromatografi gas menjadi
alat untuk menangani senyawa-senyawa dalam klinik seperti : asam-asam amino,
karbohidrat, CO , dan O dalam darah, asam-asam lemak dan turunannya,
trigliserida-trigliserida, plasma steroid, barbiturate, dan vitamin
3.
Bahan-bahan pelapis
Digunakan untuk menganalisa
polimer-polimer setelah dipirolisa, karet dan resin-resin sintesis.
4.
Minyak atsiri
Digunakan untuk pengujian kulaitas
terhadap minyak permen, jeruk sitrat, dll.
5.
Bahan makanan
Digunakan dengan TLC dan
kolom-kolom, untuk mempelajari pemalsuanatau pencampuran, kontaminasi dan
pembungkusan dengan plastic pada bahan makanan, juga dapat dipakai unutk
menguji jus, aspirin, kopi dll.
6.
Sisa-sisa peptisida
KGC dengan detector yang sensitive
dapat menentukan atau pengontrolan sisa-sisa peptisida yang diantaranya senyawa
yang mengandung halogen, belerang, nitrogen, dan fosfor.
7.
Perminyakan
Kromatografi gas dapat digunakan
unutk memisahkan dan mengidentifikasi hasil-hasildari gas-gas hidrokarbon yang
ringan.
8.
Bidang farmasi dan obat-obatan
Kromatografi gas digunakan dalam
pengontrolan kualitas, analisa hasil-hasilbaru dalam pengamatan metabolisme
dalam zat-zatalir biologi
9.
Bidang kimia/ penelitian
Digunakan untuk menentukan lama
reaksi pada pengujian kemurnian hasil.
J.
Contoh
Percobaan Menggunakan GC
Percobaan
Pemisahan dan Penentuan Komponen Organik dengan Krotmaografi Gas
Kromatografi
gas merupakan metode yang tepat dan cepat untuk memisahkan campuran yang sangat
rumit. Waktu yang dibutuhkan beragam, mulai dari beberapa detik untuk campuran
sederhana sampai berjam-jam untuk campuran yang mengandung 500-1000 komponen.
Komponen campuran dapat diidentifikasikan dengan menggunakan waktu tambat
(waktu retensi) yang khas pada kondisi yang tepat. Waktu tambat ialah waktu
yang menunjukkan berapa lama suatu senyawa tertahan dalam kolom.waktu tambat
diukur dari jejak pencatat pada kromatogram dan serupa dengan volume tambat
dalam KCKT dan Rf dalam KLT. Dengan kalibrasi yang patut, banyaknya (kuantitas)
komponen campuran dapat pula diukur secara teliti . kekurangan utama KG adalah
bahwa ia tidak mudah dipakai untuk memisahkan campuran dalam jumlah besar.
Pemisahan pada tingkat mg mudah dilakukan, pemisahan campuran pada tingkat g
mungkin dilakukan; tetapi pemisahan dalam tingkat pon atau ton sukar dilakukan
kecuali jika tidak ada metode lain.
a.
Alat dan Bahan
Alat:
Kromatografi gas, jarum suntik ukuran mikro liter, tabung gas nitrogen, filler,
labu takar 10ml, pipet ukur 1ml, dan timbangan analitis.
Bahan:
Senyawa standar yang sudah diketahui rumus kimia dan konsentrasinya dan sampel
campuran beberapa zat organik yang tidak diketahui senyawa dan komposisinya.
b.
Cara Kerja
1.
Beberapa senyawa standar disiapkan (diketahui
rumus kimia dan kemurniannya)
2.
Campuran beberapa senyawa yang diketahui
perbandingannya (misalnya 1:1:1:1 volume atau massa) dibuat.
3.
Kondisi kerja ala kromatografi, terutama
temperature kolom, laju alir gas pembawa, detektor, besar arus yang melalui
detektor, attenuator, kecepatan kertas recorder, dan posisi pen pada recorder
diatur
4.
Sebelum mengambil senyawa dengan menggunakan
jarum suntik, jarum tersebut dicuci terlebih dahulu dengan senyawa yang akan
digunakan untuk menghindari adanya intervensi senyawa lain akibat pemakaian
jarum suntik tersebut sebelumnya, dengan cara:
o
Senyawa yang akan digunakan dengan menggunakan
jarum ukuran mikro liter yang akan dipakai diambil dan dibuang beberapa kali.
o
Gagang suntikan ditarik hingga keluar dari badan
jarum
o
Gagang suntikan tersebut dibersihkan dengan
menggunakan tissue
o
Suntikan tersebut dibilas kembali dengan cara
ambil dan buang senyawa tersebut
o
Gagang suntikan ditarik dan didorong dengan
posisi ujung jarum berada di tissue dengan tujuan membersihkan sisa senyawa
yang masih menempel di jarum suntik
5.
Alat kromatografi gas dipastikan siap untuk
dipakai.
6.
Tombol zero, enter, sig 1 ditekan pada alat
kromatografi gas
7.
Senyawa standar diambil
8.
Senyawa standar disuntikkan ke dalam alat
kromatografi gas masing masing sebanyak 1 kali.
9.
Tombol start ditekan tepat pada saat
penyuntikkan dan alat kromatografi dibiarkan bekerja.
10.
Jarum suntik yang digunakan dicuci terlebih
dahulu setiap kali akan digunakan untuk mengambil atau menyuntikkan senyawa
yang berbeda.
11.
Dengan cara yang sama seperti senyawa standar,
larutan standar campuran dan sampel campuran disuntikkan.
c.
Hasil Pengamatan
Pada saat penyuntikan, alat kromatografi gas
melaporkan hasil dari kromatografi dalam bentuk signal, adapun hasil signal
tersebut untuk beberapa senyawa/larutan adalah sebagai berikut:
Metanol:
Propanol :
Butanol :
Pentanol :
Larutan standar dengan komposisi 1:1:1:1
Dengan RT adalah
waktu retensi (Retention Time), Area adalah luas segitiga di bawah puncak, Type
adalah jenis puncak yang tercatat (PB: Penetrate to Base, BB: Base to Base),
Width adalah jebar dasar puncak, dan Area% adalah persentase perbandingan luas
segitiga di bawah puncak (untuk suatu komponen) dengan luas total segitiga yang
ada.
d.
Analisis dan Pembahasan
o
Cara Kerja Alat Kromatografi Gas
Pada dasarnya, dalam alat
kromatografi gas, ada dua jenis detektor, yang pertama adalah Flame Ionization
Detektor, dan yang kedua adalah Thermal Conductivity Detektor. Namun, untuk
praktikum kali ini, jenis detektor yang dipakai adalah Thermal Conductivity
Detektor. Fasa diam yang dipakai adalah metal silicon gum. Gas yang digunakan
sebagai gas pembanding dan gas pembawa adalah gas nitrogen karena di samping
nitrogen cenderung murah jika dibandingkan dengan jenis gas yang lain, nitrogen
juga inert, aman (dibandingkan dengan gas lain yang mudah terbakar), dan mudah
didapat.
Secara umum syarat dari bahan yang menjadi fasa
stasioner adalah:
o
Memiliki volatilitas yang rendah (idealnya titik
didih bahan minimal 1000C lebih tinggi dari temperatur maksimum
kolom)
o
Memiliki stabilitas termal
o
Inert
o
Karakteristik solvent (dapat
menguraikan substansi lain)
Pada percobaan kali ini, suhu kolom
yang digunakan adalah 50-90ºC dengan Initial time 1 menit, laju perubahan suhu
adalah 10ºC per menit, dan final time adalah 1 menit. Maksudnya, pada saat alat
kromatografi gas digunakan, suhu kolom akan bertahan di 50ºC selama 1 menit,
setelah itu suhu akan naik secara bertahap dengan kelajuan 10ºC per menit
sampai suhu kolom itu mencapai 90ºC. Setelah mencapai suhu 90ºC, alat kromatografi
gas pun akan kembali menahan suhu kolom selama 1 menit dan setelah itu, proses
kromatografi akan berhenti. Dalam kromatografi gas, suhu di bagian injeksi
harus lebih tinggi dari suhu akhir kolom. Pada detektor pun, suhu yang
digunakan cukup relative tinggi, yaitu 160ºC. Kolom yang digunakan pun adalah
kolom kapiler yang sangat panjang namun mempunyai diameter yang sangat kecil.
Total panjang kolom kapiler dalam alat kromatografi gas ini adalah 30 meter
dengan diameter 0,053 mm. Metil Silicon Gum yang ada di dalam kolom kapiler ini
mempunyai sifat polar yang cenderung tarik menarik dengan senyawa yang
mempunyai sifat polar juga.
Prinsip utama pemisahan dalam
kromatografi gas adalah berdasarkan perbedaan laju migrasi masing-masing
komponen dalam melalui kolom. Komponen-komponen yang terelusi dikenali (analisa
kualitatif) dari nilai waktu retensinya (RT).
o
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu retensi :
Nilai/harga waktu retensi (RT) tiap
komponen disebabkan oleh perbedaan titik didih (Td) masing-masing komponen,
perbedaan massa molekul relative (Mr)/perbedaan ukuran komponen,
interaksi/keterikatan masing-masing komponen dengan fasa stasioner/fasa diam
(misalnya oleh karena sifat kepolaran fasa diam serta fasa geraknya), panjang
kolom, diameter kolom, temperatur kolom dan laju/temperatur aliran gas pembawa
serta tingkat kejenuhan kolom.
Semakin rendah titik didih suatu
komponen maka waktu retensinya akan semakin kecil/singkat karena pada
temperatur tertentu zat tersebut sudah menjadi fasa uap sehingga bisa bergerak
bebas/lebih cepat sebagai fasa gerak dalam kolom kapiler sedangkan komponen
lainnya masih dalam fasa cairan. Jadi komponen yang terlebih dahulu menjadi uap
akan lebih cepat keluar dari kolom. Oleh karena itu, methanol mempunyai waktu
retensi lebih singkat dari propanol, propanol mempunyai waktu retensi yang
lebih singkat dari butanol, dan butanol mempunyai waktu retensi yang lebih
singkat dari pentanol.
Semakin kecil ukuran sebuah
komponen dan semakin kecil nilai massa molekul relatifnya (Mr) maka sebuah
komponen akan lebih dapat bergerak bebas/lebih cepat keluar dari kolom. Jadi
semakin kecil ukuran komponen dan semakin kecil Mr komponen maka waktu
retensinya akan semakin kecil pula. Oleh karena itu, methanol mempunyai waktu
retensi lebih singkat dari propanol, propanol mempunyai waktu retensi yang
lebih singkat dari butanol, dan butanol mempunyai waktu retensi yang lebih
singkat dari pentanol.
Jika fasa diamnya bersifat
nonpolar, maka komponen yang akan terelusi lebih cepat adalah komponen yang paling
polar, karena ikatan dengan fasa diamnya relatif lebih lemah. Begitu juga
sebaliknya jika fasa diamnya polar maka komponen yang lebih cepat yaitu
komponen yang paling nonpolar. Jadi kepolaran fasa diam dan fasa gerak sangat
mempengaruhi waktu retensi masing-masing komponen.
Semakin panjang kolom, maka RT menjadi
lambat karena jarak yang harus ditempuh oleh senyawa tersebut cenderung lebih
jauh. Sebaliknya, jika kolom pendek, maka RT menjadi lebih
cepat karena jarak yang harus ditempuh oleh senyawa tersebut untuk menuju
detektor cenderung lebih dekat.
Temperatur kolom harus disesuaikan
dengan titik didih larutan senyawa organik. Apabila temperatur kolom terlalu
rendah daripada titik didih larutan, maka tidak akan timbul puncak karena kalor
atau temperature kolom tidak cukup untuk menguapkan senyawa yang ada. Sedangkan
jika temperatur kolom jauh lebih tinggi daripada titik didih larutan, maka TR menjadi
sangat cepat karena senyawa yang ada langsung menerima kalor dengan cepat untuk
segera mengubah wujudnya menjadi gas.
o
Pengaruh pengotor
Pada percobaan kali ini, jika kita
memperhatikan hasil cetakan dari alat kromatografi gas, kita dapat melihat
adanya puncak puncak kecil. Puncak-puncak kecil itu adalah pengotor, baik itu
pengotor yang ada di dalam kolom yang akhirnya terbaca oleh detektor, maupun
pengotor yang ada di dalam senyawa (terbawa oleh senyawa ketika penyuntikkan).
Seharusnya, tidak ada pengotor di dalam kita melakukan suatu analisis terhadap
suatu sampel atau suatu senyawa. Hasil yang paling ideal adalah ketika yang
dihasilkan adalah suatu garis lurus yang ada pada base yang diikuti oleh
puncak-puncak yang cukup significant yang menunjukkan komponen utama dari
senyawa tersebut.
o
Faktor kesalahan
Dalam praktikum ini, ada beberapa
factor kesalahan yang membuat hasil kromatografi gas tidak seideal yang
diharapkan, yaitu kemurnian analit dan ketidaktepatan waktu penginjeksian
dengan penekanan tombol start pada alat kromatografi gas. Untuk itu, kita dapat
menggunakan analit dengan tingkat kemurnian yang lebih tinggi dan kita dapat
melatih atau membiasakan diri melakukan kromatografi gas sehingga waktu
penginjeksian dan penekanan tombol dapat dioptimalkan setepat mungkin.
o
Pembahasan hasil percobaan
§
Pada saat senyawa methanol dianalisis, hasil
analisis menyatakan bahwa waktu retensi untuk methanol adalah 1,369 menit dan
keseluruhan analit adalah methanol murni.
§
Pada saat menganalisis senyawa propanol, timbul/
terdapat dua buah puncak, yaitu dengan waktu retensi 1,302 menit dan 1,795
menit dengan perbandingan persentase area 15,51498% dan 84,48502. Jika kita
bandingkan dengan waktu retensi methanol (1,369), maka kita bisa mendapatkan
hasil bahwa senyawa propanol yang kita analisis mengandung kurang lebih 15%
methanol dan bukan 100% propanol murni. Kemungkinan penyebabnya adalah propanol
yang ada sudah berinteraksi dengan udara bebas karena dibiarkan terbuka,
sehingga ada rantai propanol yang terputus dan menjadi methanol.
§
Sama halnya seperti propanol, hasil analisis
buthanol juga menunjukkan bahwa buthanol yang kita analisis mengandung 14%
methanol karena terdapat puncak pada waktu retensi 1,310 dengan persentase area
14%. Selebihnya, terdapat puncak pada waktu retensi 2,414 dengan persentase
area 85% yang tidak lain adalah buthanol itu sendiri.
§
Pada saat menganalisis pentanol, ternyata
pentanol yang ada pun bukanlah pentanol murni 100%. Terdapat 8% methanol yang
kemungkinan juga merupakan hasil dari pentanol yang terurai karena telah cukup
lama berinteraksi dengan udara bebas. Waktu retensi dari pentanol itu sendiri
adalah 2,818 menit.
§
Jika kita perhatikan waktu retensi masing masing
senyawa tersebut, kita telah berhasil membuktikan bahwa waktu retensi methanol
lebih kecil dari waktu retensi propanol, waktu retensi propanol lebih kecil
dari waktu retensi buthanol, dan waktu retensi buthanol lebih kecil dari waktu
retensi pentanol.
§
Ketika senyawa campuran dengan dianalisis,
timbul empat buah puncak yang masing masing puncaknya timbul di sekitar waktu
retensi berada di sekitar waktu retensi methanol, propanol, buthanol dan
pentanol. Dari waktu retensi dan perbandingan persentase area yang ada, kita
bisa melihat bahwa perbandingan antara methanol, propanol, buhanol, dan
pentanol dalam senyawa campuran mendekati 1:1:1:1. Namun jika kita amati lebih
lanjut, persentase area untuk pentanol hanya sekitar 20%, kemungkinan
penyebabnya adalah pentanol itu sudah terurai menjadi senyawa yang lain karena
berinteraksi dengan udara bebas.
§
Untuk sample, setelah dianalisis dengan
menggunakan kromatografi gas, didapatkan juga ada 4 buah puncak yang waktu
retensinya juga berkisar di antara waktu retensi methanol, propanol, buthanol,
dan pentanol. Untuk puncak dengan waktu retensi 1,330 (methanol), persentase
perbandingan area terhadap total area puncak adalah 48,88542% mendekati 50%. Untuk
puncak dengan waktu retensi 1,590 (propanol), persentase perbandingan area
puncak adalah 15,96455%, mendekati 15%. Untuk puncak dengan waktu retensi 2,125
(buthanol), perbandingan persentase area puncak terhadap total area puncak
adalah 19.80757% mendekati 20%. Dan untuk puncak dengan waktu retensi 2,754
(pentanol), perbandingan persentase area puncak terhadap total area puncak
adalah 15,34246% mendekati 15%. Jika kita bandingkan keempat persentase
tersebut, maka kita bisa mendapatkan perbandingan methanol : propanol :
buthanol : pentanol = 50 : 15 : 20 : 15 = 10 : 3 : 4 :3.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kromatografi
adalah suatu istilah umum yang digunakan untuk bermacam-macam teknik pemisahan
yang didasarkan atas partisi sampel diantara suatu fasa gerak yang bisa berupa
gas ( kromatografi gas ) ataupun cair ( kromatografi cair ) dan fasa diam yang
juga bisa berupa cairan ataupun suatu padatan. Hal ini dikarenakan adanya
perbedaan polaritas dari fasa diam dan gerak.
Ada dua jenis
kromatografi gas, yatiu kromatografi gas padat (KGP), dan kromatografi gas cair
(KGC).
Kromatografi gas terdiri dari beberapa alat
diantaranya :
· Fase
Mobil (Gas Pembawa)
· Sistem
Injeksi Sampel
· Kolom
· Detektor
· Pencatat
(Recorder
B. Saran
Pada
saat praktek menggunakan alat GC perlu adanya kerjasama antara praktikan dan
pembimbing agar praktikan dapat memahami dan mampu menggunakan alat dengan baik
dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Komentar
Posting Komentar