makalah hplc
MAKALAH

(High Performance Liquid Chromatography)
Disusun oleh
RINO RAMADHAN (27)
4 Kimia Analisis 3
SMK
NEGERI 1 (STM PEMBANGUNAN)
TEMANGGUNG
Jalan Kadar Maron, Kotak Pos 104,
Telp/Fax. (0293) 4901639
Website :http://stembatema.sch.id.
E-mail:smkn1_marontmg@yahoo.co.id
Temanggung 56221
DAFTAR
ISI
Hal
DAFTAR
ISI................................................................................................................
ii
KATA
PENGANTAR.................................................................................................
iii
BAB I :
PENDAHULUAN..........................................................................................
1
A. Latar
Belakang....................................................................................................
1
B. Rumusan
Masalah...............................................................................................
1
C. Manfaat
Penulisan.............................................................................................
2
BAB II : PEMBAHASAN.............................................................................................
3
A. Pengertian
HPLC ................................................................................................
3
B. Jenis-jenis
HPLC.................................................................................................. 4
C. Instrumen
atau Komponen HPLC ........................................................................
6
D. Prinsip Kerja
HPLC.............................................................................................
11
E. Bagian
dan Fungsi AAS/SSA..............................................................................
12
F.
Perawatan HPLC..................................................................................................
12
G. Kegunaan HPLC………………………………...................................................
13
H. Kelebihan dan
Kekurangan HPLC…………………………................................ 13
I. Contoh
Percobaan………………………………………………......................... 14
J. Analisis
Kromatogram/ interpretasi data..............................................................
18
BAB II : PENUTUP
..................................................................................
19
A. Kesimpulan
..........................................................................................19
B. Saran
.....................................................................................................19
DAFTAR
PUSTAKA..................................................................................19
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kami
panjatkan kepada Alloh swt yang telah memberi kami rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Makalah yang saya
susun ini berjudul “HPLC (High Performance Liquid
Chromatography) “. Makalah ini kami susun dalam rangka memenuhi tugas
sekolah.
Kami menyadari dalam penyusunan
makalah ini masih jauh dari sempuna. Maka dari itu, kritik dan saran
anda sangat kami nantikan. Terima kasih atas segala partisipasi semua pihak
yang mendukung tersusunnya makalah ini. Atas segala kekurangan dan kesalahannya
kami mohon maaf.
Wassalamu’alaikum Wr.wb
Temenggung,
Juli 2018
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kromatografi adalah istilah umum untuk berbagai cara pemisahan berdasarkan
partisi cuplikan antara fasa yang bergerak, dapat berupa gas atau zat cair, dan
fasa diam, dapat berupa zat cair atau zat padat. Kita biasanya menganggap
Tswett sebagai penemu kromatografi, yang pada tahun 1903 menguraikan karyanya
mengenai pemakaian kolom kapur untuk memisahkan pigmen dalam daun. Istilah
‘kromatografi’ dipakai oleh Tswett untuk menggambarkan daerah berwarna yang
bergerak ke bagian bawah kolom
Kromatografi merupakan suatu cara pemisahan unsur-unsur yang akan
dipisahkan terdistribusikan antara dua fasa, satu dari fasa-fasa ini membentuk
suatu lapisan stasioner dengan luas permukaan yang besar dan yang lainnya
merupakan cairan yang merembes lewat atau melalui fase yang stasioner. Fasa
stasioner mugkin suatu zat padat atau suatu cairan, dan fasa yang bergerak
mungkin suatu cairan atau suatu gas. Maka semua jenis kromatografi yang
dikenal, terbagi menjadi empat golongan: cair-padat, gas-padat, cair-cair, dan
gas-cair.
Pembahasan teknik kromatografi modern, baru lengkap bila disebut kromatografi cairan
kinerja tinggi (HPLC). Kromatografi cairan kolom klasik merupakan
prosedur pemisahan yang sudah mapan dalam mana fase cair yang mobil mengalir
lambat-lambat lewat kolom karena gravitasi. Umumnya metode itu dicirikan oleh
efisiensi kolom yang rendah dan waktu pemisahan yang lama. Namun sejak
kira-kira tahun 1969, perhatian dalam teknik kolom cairan hidup kembali dengan
sangat menyolok karena dikembangkannya sistem tekanan tinggi oleh Kirchland dan
Huber, yang bekerja pada tekanan sampai 2,07 x 107 Nm-2 (3000
p.s.i). Dalam metode ini digunakan kolom berdiameter kecil (1-3 mm) dan eluen
dipompakan ke dalamnya dengan laju alir yang tinggi (sekitar 1-5 cm3m-1).
Pemisahan dengan metode ini dilakukan jauh lebih cepat (sekitar 100 kali lebih
cepat) daripada dengan kromatografi cairan yang biasa. Meskipun peralatan yang
tersedia di pasar dewasa ini agak mahal, HPLC telah terbukti luas penggunaannya
dalam kimia organik.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, penulis dapat
merumuskan masalah sebagai berikut:
·
Apa pengertian
dari HPLC ?
·
Apasajakah
jenis-jenis HPLC ?
·
Apasajakah
komponen yang terdapat dalam HPLC ?
·
Bagaimana
prinsip dasar dari HPLC ?
·
Bagaimana
prinsip kerja dari HPLC ?
·
Bagaimana
perawtaan dari HPLC ?
·
Apa kegunaan
dari HPLC ?
·
Apa kelebihan
dan kekurangan dari HPLC ?
·
Bagaimana
contoh percobaan HPLC ?
C.
Manfaat Penulisan
Adapun
manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini selain memenuhi tugas
dari sekolah, juga bertujuan
untuk memberi masukan ilmu pengetahuan bagi semua khalayak pada umumnya dan
khususnya bagi penulis pribadi sehingga kedepannya dapat lebih mengetahui
bagaimana metode maupun prinsip kerja dari HPLC.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Pengertian HPLC
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau High
Performance Liquid Chromatography (HPLC) merupakan salah satu metode
fisikokimia berdasarkan pada teknik kromatografi di mana fase geraknya berupa
cairan dan fase diam dapat dalam bentuk cair atau padat.
Metode ini sangat bermanfaat di bidang farmasi untuk menganalisis secara
simultan beberapa analit dalam martiks sederhana maupun kompleks.
Pada akhir 1960-an, semakin banyak usaha untuk
pengembangan kromatografi cair sebagai suatu teknik untuk mengimbangi
kromatografi gas. KCKT adalah kromatografi cair kolom modern, yang dasarnya
merupakan pengembangan dari kromatografi kolom menjadi suatu sistem pemisahan
yang cepat dan efisien.
Peningkatan kecepatan dan efisiensi pemisahannya
terkait dengan peningkatan performa kolomnya yang menggunakan kolom dengan
ukuran dimensi dan partikel yang jauh lebih kecil dari kolom yang dipakai pada
kromatografi kolom, sehingga agar fase gerak dapat mengalir pada kolom, fase
gerak dipompa dengan tekanan tinggi. Di samping itu, kinerja tingginya dalam
analisis didukung dengan adanya berbagai sistem deteksi dengan kepekaan tinggi
yang dapat diintegrasikan dengan sistem kromatografinya.
KCKT dapat dipandang sebagai pelengkap Kromatografi
gas (KG), keduanya dapat digunakan untuk menghasilkan efek pemisahan yang sama
baiknya. Bila derivatisasi diperlukan dalam KG, namun pada KCKT zat-zat yang tidak
diderivatisasi dapat dianalisis. Untuk zat-zat yang labil pada pemanasan atau
tidak menguap, KCKT adalah pilihan utama. Namun demikian bukan berarti KCKT
menggantikan KG, tetapi akan memainkan peranan lebih besar dalam analisis.
KCKT menawarkan beberapa keuntungan dibanding dengan
metode kromatografi lainnya, antara lain :
·
Cepat : waktu analisis umumnya kurang dari 1
jam. Banyak analisis yang dapat diselesaikan sekitar 15-30 menit. Untuk
analisis yang uncomplicated waktu analisis kurang dari 5 menit bisa dicapai.
·
Resolusi tinggi
: berbeda dengan KG, interaksi selektif dapat terjadi pada KCKT karena pengaruh
yang besar dari fase diam dan fase geraknya.
·
Sensitivitas
detektor : detektor absorbsi UV yang biasa digunakan dalam KCKT dapat
mendeteksi kadar dalam jumlah nanogram (10-9 gram) dari bermacam-macam zat.
Detektor-detektor fluoresensi dan elektrokimia dapat mendeteksi jumlah sampai
picogram (10-12 gram).
·
kolom dapat
digunakan kembali : berbeda dengan kolom kromatografi klasik, kolom KCKT dapat
digunakan kembali. Banyak analisis yang bisa dilakukan dengan kolom yang sama
sehingga satu kolom dapat digunakan berulang kali untuk berbagai jenis sampel.
·
Ideal untuk zat
termolabil dan volatilitas rendah : zat-zat yang tidak bisa dianalisis dengan
KG karena terurai oleh suhu tinggi atau
volatilitasnya rendah dan dapat dianalisis secara KCKT.
·
Mekanisme
pemisahan lebih variatif : banyaknya pilihan fase gerak dan fase diam yang
digunakan serta besarnya interaksi analit terhadap fase diam dan fase gerak memungkinkan
terjadinya pemisahan dengan berbagai mekanisme.
·
Mudah rekoveri
sampel :: umumnya detektor yang digunakan dalam KCKT tidak menyebabkan
kerusakan pada komponen sampel yang diperiksa, sehingga komponen sampel
tersebut dapat dengan mudah dikumpulkan setelah melewati detektor.
Namun, jika dibandingkan dengan kromatografi lapis
tipis kinerja tinggi, KCKT memiliki beberapa kelemahan, yaitu :
·
Tidak dapat
menganalisis lebih dari satu jenis sampel sekaligus
·
Kromatogram
tidak dapat disimpan sebagai dokumen otentik
Kromatografi cair kinerja tinggi merupakan suatu
metode pemisahan canggih dalam analisis farmasi yang dapat digunakan sebagai
uji identitas, uji kemurnian dan penetapan kadar. Titik beratnya adalah untuk
analisis senyawa-senyawa yang tidak mudah menguap dan tidak stabil pada suhu
tinggi, yang tidak bisa dianalisis dengan metode KG. Banyak senyawa yang dapat
dianalisis dengan KCKT mulai dari senyawa ion anorganik sampai senyawa organik
makromolekul. Untuk analisis dan pemisahan obat/bahan obat campuran rasemis
optis aktif dikembangkan suatu fase pemisahan kiral yang mampu menetukan
rasemis dan isomer aktif.
Walaupun disadari biaya yang dibutuhkan untuk analisis
dengan KCKT sangat mahal, namun metode ini tetap dipilih untuk digunakan menganalisis
277 obat / bahan obat karena hasil analisis yang memiliki akurasi dan presisi
yang tinggi dalam waktu analisis yang cepat.
Secara umum KCKT digunakan dalam kondisi-kondisi
berikut:
·
Pemisahan
berbagai senyawa organik maupun anorganik, ataupun spesimen biologis
·
Analisis
ketidakmurnian (impurities)
·
Analisis
senyawa-senyawa yang tak mudah menguap (non-volatil)
·
Penentuan
molekul-molekul netral, ionik maupun zwitter ion
·
Isolasi dan
pemurnian senyawa
·
Pemisahan
senyawa-senyawa dengan struktur kimia yang mirip
·
Pemisahan
senyawa-senyawa dalam jumlah kecil (trace elements)
B.
Jenis-jenis HPLC
Pemisahan dengan HPLC dapat dilakukan dengan fase
normal (jika fase diamnya lebih polar dibanding dengan fase geraknya) atau fase
terbalik (jika fase diamnya kurang non polar dibanding dengan fase geraknya).
Berdasarkan pada kedua pemisahan ini, sering kali HPLC dikelompokkan menjadi
HPLC fase normal dan HPLC fase terbalik. Selain klasifikasi di atas, HPLC juga
dapat dikelompokkan berdasarkan pada sifat fase diam dan atau berdasarkan pada
mekanisme sorpsi solut, dengan jenis-jenis HPLC sebagai berikut:
·
Kromatografi
Adsorbsi
Prinsip
kromatografi adsorpsi telah diketahui sebagaimana dalam kromatografi kolom dan
kromatografi lapis tipis. Pemisahan kromatografi adsorbsi biasanya menggunakan
fase normal dengan menggunakan fase diam silika gel dan alumina, meskipun
demikian sekitar 90% kromatografi ini memakai silika sebagai fase diamnya. Pada
silika dan alumina terdapat gugus hidroksi yang akan berinteraksi dengan solut.
Gugus silanol pada silika mempunyai reaktifitas yang berbeda, karenanya solut
dapat terikat secara kuat sehingga dapat menyebabkan puncak yang berekor.
·
Kromatografi
fase terikat (Kromatografi Partisi)
Kebanyakan fase diam kromatografi ini adalah silika
yang dimodifikasi secara kimiawi atau fase terikat. Sejauh ini yang digunakan
untuk memodifikasi silika adalah hidrokarbon-hidrokarbon non-polar seperti
dengan oktadesilsilana, oktasilana, atau dengan fenil. Fase diam yang paling
populer digunakan adalah oktadesilsilan (ODS atau C18) dan kebanyakan
pemisahannya adalah fase terbalik.
Sebagai fase gerak adalah campuran metanol atau
asetonitril dengan air atau dengan larutan bufer. Untuk solut yang bersifat
asam lemah atau basa lemah, peranan pH
sangat krusial karena kalau pH fase gerak tidak diatur maka solut akan
mengalami ionisasi atau protonasi. Terbentuknya spesies yang terionisasi ini
menyebabkan ikatannya dengan fase diam menjadi lebih lemah dibanding jika solut
dalam bentuk spesies yang tidak terionisasi karenanya spesies yang mengalami
ionisasi akan terelusi lebih cepat.
·
Kromatografi
penukar ion
HPLC penukar ion menggunakan fase diam yang dapat
menukar kation atau anion dengan suatu fase gerak. Ada banyak penukar ion yang
beredar di pasaran, meskipun demikian yang paling luas penggunaannya adalah
polistiren resin. Kebanyakan pemisahan kromatografi ion dilakukan dengan
menggunakan media air karena sifat ionisasinya. Dalam beberapa hal digunakan
pelarut campuran misalnya air-alkohol dan juga pelarut organik. Kromatografi
penukar ion dengan fase gerak air, retensi puncak dipengaruhi oleh kadar garam
total atau kekuatan ionik serta oleh pH fase gerak. Kenaikan kadar garam dalam
fase gerak menurunkan retensi solut. Hal ini disebabkan oleh penurunan
kemampuan ion sampel bersaing dengan ion fase gerak untuk gugus penukar ion
pada resin.
·
Kromatografi
Pasangan ion
Kromatografi
pasangan ion juga dapat digunakan untuk pemisahan sampel-sampel ionik dan
mengatasi masalah-masalah yang melekat pada metode penukaran ion. Sampel ionik
ditutup dengan ion yang mempunyai muatan yang berlawanan.
·
Kromatografi
Eksklusi Ukuran
Kromatografi ini disebut juga dengan kromatografi
permiasi gel dan dapat digunakan untuk memisahkan atau menganalisis senyawa
dengan berat molekul > 2000 dalton. Fase diam yang digunakan dapat berupa
silika atau polimer yang bersifat porus sehingga solut dapat melewati porus
(lewat diantara partikel), atau berdifusi lewat fase diam. Molekul solut yang
mempunyai BM yang jauh lebih besar, akan terelusi terlebih dahulu, kemudian
molekul-molekul yang ukuran medium, dan terakhir adalah molekul yang jauh lebih
kecil. Hal ini disebabkan solut dengan BM yang besar tidak melewati porus, akan
tetapi lewat diantara partikel fase diam. Dengan demikian, dalam pemisahan
dengan eksklusi ukuran ini tidak terjadi interaksi kimia antara solut dan fase
diam seperti tipe kromatografi yang lain.
·
Kromatografi
Afinitas
Dalam kasus ini, pemisahan terjadi karena
interaksi-interaksi biokimiawi yang sangat spesifik. Fase diam mengandung
gugus-gugus molekul yang hanya dapat menyerap sampel jika ada kondisi-kondisi
yang terkait dengan muatan dan sterik tertentu pada sampel yang sesuai
(sebagaimana dalam interaksi antara antigen dan antibodi). Kromatografi jenis
ini dapat digunakan untuk mengisolasi protein (enzim) dari campuran yang sangat
kompleks.
C.
Instrumen atau Komponen HPLC
Instrumentasi HPLC pada dasarnya
terdiri atas: wadah fase gerak (Reservoir) , pompa, alat untuk memasukkan sampel (tempat
injeksi), kolom, detektor, wadah penampung buangan fase gerak, dan suatu
komputer atau integrator atau perekam. Diagram skematik sistem kromatografi
cair dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

·
Wadah fase gerak
(Reservoir)
Wadah fase gerak harus bersih dan lembam
(inert). Wadah pelarut kosong ataupun labu laboratorium dapat digunakan sebagai
wadah fase gerak. Wadah ini biasanya dapat menampung fase gerak antara 1 sampai
2 liter pelarut. Fase gerak sebelum digunakan harus dilakukan deggasing
(penghilangan gas) yang ada pada fase gerak. Sebab adanya gas dalam fase gerak
akan mengganggu detektor sehingga akan mengacaukan hasil analisis. Fase gerak
biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat bercampur yang secara
keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi. Daya elusi dan resolusi ini
ditentukan oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase diam, dan sifat
komponen-komponen sampel. Untuk fase normal (fase diam lebih polar daripada
fase gerak), kemampuan elusi meningkat dengan meningkatnya polaritas pelarut.
Sementara untuk fase terbalik (fase diam kurang polar daripada fase gerak),
kemampuan elusi menurun dengan meningkatnya polaritas pelarut.
o
Fase Gerak
Fase gerak dalam HPLC adalah berupa zat cair dan
disebut juga eluen atau pelarut. Selain berfungsi sebagai pembawa
komponen-komponen campuran campuran menuju detector, fase gerak dapat berinteraksi dengan solut-solut.
Oleh karena itu, fase gerak dalam HPLC merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
proses pemisahan.
o Persyaratan fase gerak HPLC:
1.
Zat cair harus
bertindak sebagai pelarut yang baik untuk cuplikan yang akan dianalisis.
2.
Zat cair harus
murni sekali untuk menghindarkan masuknya kotoran yang dapat mengganggu
interpretasi kromatografi.
3.
Zat air harus
jernih sekali untuk menghindarkan penyumbatan pada kolom.
4.
Zat cair harus
mudah diperoleh, murah, tidak mudah terbakar, dan tidak beracun.
5.
Zat air
tidak kental. Umumnya kekentalan tidak melebihi 0,5 cP (centi Poise).
6.
Sesuai
dengan detector.
o Jenis HPLC berdasarkan kepolaran fase diam dan fase gerak:
1.
HPLC fase normal: HPLC dengan kombinasi antara fase diam polar dan fase gerak non-polar. Fase diam yang digunakan seperti silica, alumina,
atau trietilenaglikol yang dilapiskan pada partikel silica. Sedangkan fase gerak yang digunakan adalah heksana atau
i-propileter.
2.
HPLC fase terbalik: HPLC dengan kombinasi antara fase diam non-polar dan fase gerak polar. Fase gerak yang digunakan seperti air, methanol, atau
asetinitril.
Fase gerak yang baik memberikan factor kapasitas k’ pada rentang
yang sesuai. Untuk cuplikan dengan
2-3 komponen, sebaiknya menggunakan fase gerak yang memberikan k’ antara 2-5
·
Pompa
Pompa yang cocok digunakan untuk HPLC
adalah pompa yang mempunyai syarat sebagaimana syarat wadah pelarut yakni:
pompa harus inert terhadap fase gerak. Bahan yang umum dipakai untuk pompa
adalah gelas, baja tahan karat, Teflon, dan batu nilam. Pompa yang digunakan
sebaiknya mampu memberikan tekanan sampai 5000 psi dan mampu mengalirkan fase
gerak dengan kecepatan alir 3 mL/menit. Untuk tujuan preparatif, pompa yang
digunakan harus mampu mengalirkan fase gerak dengan kecepatan 20 mL/menit.
Tujuan penggunaan pompa atau sistem penghantaran fase gerak adalah untuk menjamin proses penghantaran fase gerak berlangsung secara tepat, reprodusibel, konstan, dan bebas dari gangguan. Ada 2 jenis pompa dalam HPLC yaitu: pompa dengan tekanan konstan, dan pompa dengan aliran fase gerak yang konstan. Tipe pompa dengan aliran fase gerak yang konstan sejauh ini lebih umum dibandingkan dengan tipe pompa dengan tekanan konstan.
Tujuan penggunaan pompa atau sistem penghantaran fase gerak adalah untuk menjamin proses penghantaran fase gerak berlangsung secara tepat, reprodusibel, konstan, dan bebas dari gangguan. Ada 2 jenis pompa dalam HPLC yaitu: pompa dengan tekanan konstan, dan pompa dengan aliran fase gerak yang konstan. Tipe pompa dengan aliran fase gerak yang konstan sejauh ini lebih umum dibandingkan dengan tipe pompa dengan tekanan konstan.
o
Tiga jenis pompa yang digunakan dalam HPLC:
1.
Pompa reciprocating
Pompa ini terdiri dari ruangan kecil tempat
pelarut yang dipompa dengan cara gerakan piston mundur-maju yang dijalankan
oleh motor. Piston berupa gelas dan berkontak langsung dengan pelarut. Ketika
piston mundur maka bola gelas bawah terangkat dan pelarut masuk, sebaliknya
ketika piston maju maka bola bawah menutup saluran pelarut dan pelarut yang
telah berada di ruang pompa didorong masuk ke dalam kolom.
2.
Pompa displacement
Pompa ini menyerupai syringe (alat suntik)
terdiri dari tabung yang dilengkapi pendorong yang digerakkan oleh motor. Pompa
ini juga menghasilkan aliran yang cenderung tidak bergantung pada tekanan balik
kolom dan viskositas pelarut.
3.
Pompa pneumatic
Dalam pompa ini pelarut didorong oleh gas
bertekanan tinggi. Pompa jenis ini murah dan bebas pulsa. Akan tetapi mempunya
keterbatasan kapasitas dan tekanan yang dihasilkan (<2000 psi) serta
kecepatan alir bergantung pada viskositas pelarut dan takanan balik kolom.
·
Tempat Injeksi
Sampel yang akan dimasukkan ke bagian ujung
kolom, harus dengan disturbansi yang minimum dari material kolom. Sampel yang
akan dipisahkan dimasukkan ke dalam kolom secara otomatis atau manual melalui
injeksi. Volume injeksi sangat tepat karena mempunyai sampel loop dengan
variabel volume (misalnya 20 – 500 μL).
o
Ada tiga tipe
dasar injektor yang dapat digunakan :
Parameter
|
Kolom konvensional
|
Kolom mikrobor
|
Tabung kolom
|
Stainless steel
Panjang 3,10,15,20 dan 25 cm
Diameter luar 0,25 inci
Diameter dalam 4,6 cm
|
Stainless steel
Panjang 25 dan 50 cm
Diameter luar 0,25 inci
Diameter dalam 1 atau 2 mm
|
Fase diam
|
Porous, silika ukuran kecil, silika yang
dimodofikasi secara kimiawi (bonded phase), atau polimer-polimer
stiren/divinil benzen.Rata-rata diameter partikel 3,5 atau 10µm dengan
kisaran sempit.
|
Porous, silika ukuran kecil, silika yang
dimodofikasi secara kimiawi (bonded phase), atau polimer-polimer
stiren/divinil benzen.Rata-rata diameter partikel 3,5 atau 10µm dengan
kisaran sempit.
|
Tekanan operasional
|
500-3000 psi
(35-215 bar
|
1000-5000 psi
(70-350 bar)
|
Fase gerak
|
Hidrokarbon+pelarut terklorinasi atau alkohol untuk
fase normal. Untuk fase terbalik (reversed phase) digunakan metanol atau
asetonitril + air atau bufer.Kecepatan alir : 1-3 ml/menit
|
Hidrokarbon+pelarut terklorinasi atau alkohol untuk
fase normal. Untuk fase terbalik (reversed phase) digunakan metanol atau
asetonitril + air atau bufer.Kecepatan alir 10-100 µl/menit.Modifikasi
instrumen
Sistem penghantaran pelarut yang mampu memberikan
kontrol aliran di bawah 10µl/menit.Katup injeksi sampekl bervolume kecil;sel
detektor bervolume kecil.
|
Kinerja
|
Efisiensi meningkat dengan bekurannya ukuran
partikel fase diam, akan tetapi umur kolom dengan ukuran partikel 3 µm lebih
pendek.
|
Sangat efisiensi dan sensitif, akan tetapi
lambat,konsumsi fase gerak hanya ¼ dari kolom konvensional.
|
1.
Stop-Flow: Aliran
dihentikan, injeksi dilakukan pada kinerja atmosfir, sistem tertutup, dan
aliran dilanjutkan lagi. Teknik ini bisa digunakan karena difusi di dalam
cairan kecil clan resolusi tidak dipengaruhi
2.
Septum: Septum yang
digunakan pada HPLC sama dengan yang digunakan pada Kromtografi Gas. Injektor
ini dapat digunakan pada kinerja sampai 60-70 atmosfir. Tetapi septum ini tidak
tahan dengan semua pelarut-pelarut Kromatografi Cair. Partikel kecil dari
septum yang terkoyak (akibat jarum injektor) dapat menyebabkan penyumbatan.
3.
Loop Valve: Tipe injektor
ini umumnya digunakan untuk menginjeksi volume lebih besar dari 10 μ dan
dilakukan dengan cara automatis (dengan menggunakan adaptor yang sesuai, volume
yang lebih kecil dapat diinjeksifan secara manual). Pada posisi LOAD, sampel
diisi kedalam loop pada kinerja atmosfir, bila VALVE difungsikan, maka sampel
akan masuk ke dalam kolom.
o
Syarat- syarat injektor yang baik :
1.
Dapat
memasukkan sampel ke dalam kolom dalam bentuk sesempit mungkin
2.
Mudah digunakan
3.
Keberulangan tinggi
4.
Dapat bekerja
walaupun ada tekanan balik
·
Kolom
Ada 2 jenis kolom pada HPLC yaitu kolom
konvensional dan kolom mikrobor. Kolom merupakan bagian HPLC yang mana
terdapat fase diam untuk berlangsungnya proses pemisahan solut/analit.
Ada 2 jenis kolom pada KCKT yaitu kolom
konvensional dan kolom mikrobor. Perbandingan kedua kolom dapat dilihat di
bawah ini :
1.
Kolom mikrobor
mempunyai 3 keuntungan yang utama dibanding dengan kolom konvensional, yakni:
2.
Konsumsi fase
gerak kolom mikrobor hanya 80% atau lebih kecil dibanding dengan kolom
konvensional karena pada kolom mikrobor kecepatan alir fase gerak lebih lambat
(10 -100 μl/menit).
3.
Adanya aliran
fase gerak yang lebih lambat membuat kolom mikrobor lebih ideal jika digabung
dengan spektrometer massa.
4.
Sensitivitas
kolom mikrobor ditingkatkan karena solut lebih pekat, karenanya jenis kolom ini
sangat bermanfaat jika jumlah sampel terbatas misal sampel klinis.
5.
Meskipun
demikian, dalam prakteknya, kolom mikrobor ini tidak setahan kolom konvensional
dan kurang bermanfaat untuk analisis rutin.
o
Fase Diam
Kebanyakan fase diam pada HPLC berupa silika yang dimodifikasi secara
kimiawi, silika yang tidak dimodifikasi, atau polimer-polimer stiren dan
divinil benzen. Permukaan silika adalah polar dan sedikit asam karena adanya
residu gugus silanol (Si-OH). Silika dapat dimodifikasi secara kimiawi dengan
menggunakan reagen-reagen seperti klorosilan. Reagen-reagen ini akan bereaksi
dengan gugus silanol dan menggantinya dengan gugus-gugus fungsional yang lain.
Oktadesil
silika (ODS atau C18) merupakan fase diam yang paling banyak digunakan karena
mampu memisahkan senyawa-senyawa dengan kepolaran yang rendah, sedang, maupun
tinggi. Oktil atau rantai alkil yang lebih pendek lagi lebih sesuai untuk solut
yang polar. Silika-silika aminopropil dan sianopropil (nitril) lebih cocok
sebagai pengganti silika yang tidak dimodifikasi. Silika yang tidak
dimodifikasi akan memberikan waktu retensi yang bervariasi disebabkan karena
adanya kandungan air yang digunakan.
·
Detektor
Detektor pada HPLC dikelompokkan
menjadi 2 golongan yaitu: detektor universal (yang mampu mendeteksi zat secara
umum, tidak bersifat spesifik, dan tidak bersifat selektif) seperti detektor
indeks bias dan detektor spektrometri massa; dan golongan detektor yang
spesifik yang hanya akan mendeteksi analit secara spesifik dan selektif,
seperti detektor UV-Vis, detektor fluoresensi, dan elektrokimia.
Idealnya, suatu detektor harus mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1.
mempunyai
respon terhadap solut yang cepat dan reprodusibel;
2.
mempunyai
sensitifitas yang tinggi, yakni mampu mendeteksi solut pada kadar yang sangat
kecil;
3.
stabil dalam
pengopersiannya;
4.
mempunyai sel
volume yang kecil sehingga mampu meminimalkan pelebaran pita;
5.
signal yang
dihasilkan berbanding lurus dengan konsentrasi solut pada kisaran yang
luas (kisaran dinamis
linier);
6.
tidak peka
terhadap perubahan suhu dan kecepatan alir fase gerak.
Karakteristik detector HPLC:
Dasar
Pendeteksian
|
Jenis
|
Maksimum
sensitifitas
|
Peka terhadap
kecepatan alir
|
Sensitivitas
suhu
|
Absorbsi UV
|
Spesifik
|
2 x 10-16
|
Tidak
|
Rendah
|
Absorbsi IR
|
Spesifik
|
10-6
|
Tidak
|
Rendah
|
Flourometri
|
Spesifik
|
10-11
|
Tidak
|
Rendah
|
Indek bias
|
Umum
|
1 x 10-7
|
Tidak
|
+ 10-4
0 C
|
Konduktometri
|
Spesifik
|
10-8
|
Ya
|
2% 0C
|
Spektometri
massa
|
Umum
|
10-10
|
Tidak
|
Tidak ada
|
elektrokimia
|
Spesifik
|
10-12
|
Ya
|
1,5% 0C
|
D.
Prinsip kerja HPLC
Adapun prinsip
kerja dari KCKT adalah suatu tekhnik yang mana solut atau zat terlarut terpisah
perbedaan kecepatan elusi, dikarenakan solut-solut ini melewati suatu kolom
kromatografi. Pemisahan solut-solut ini diatur oleh distribusi solut dalam fase
gerak dan fase diam
Kerja HPLC
pada prinsipnya adalah pemisahan analit-analit berdasarkan kepolarannya,
alatnya terdiri dari kolom (sebagai fasa diam) dan larutan tertentu sebagai
fasa geraknya. Yang paling membedakan HPLC dengan kromatografi lainnya adalah
pada HPLC digunakan tekanan tinggi untuk mendorong fasa gerak. Campuran analit
akan terpisah berdasarkan kepolarannya, dan kecepatannya untuk sampai ke
detektor (waktu retensinya) akan berbeda, hal ini akan teramati pada spektrum
yang puncak-puncaknya terpisah.
Urutan skala polaritas : golongan fluorocarbon <
golongan hidrokarbon < senyawa terhalogenasi < golongan eter <
golongan ester < golongan keton < golongan alkohol < golongan asam.
HPLC dapat
menganalisa secara kualitatif dan kuantitatif. Pada proses kualitatif cara yang
paling umum untuk mengidentifikasi adalah dengan melihat Retention time (RT).
Peak yang mempunyai RT yang sama dengan standard umumnya adalah sebagai peak
milik analat. Selain melihat RT hal lain yang perlu dilihat adalah spektrum 3D
dari signal kromatogram. Zat yang sama akan mempunyai spektrum 3D yang juga
sama. Sehingga jika spektrum 3D antara dua zat berbeda, maka kedua zat tersebut
juga dipastikan adalah zat yang berlainan, meskipun memiliki RT yang sama.
Kemudian
melalui analisa kuantitatif dapat diketahui kadar komponen yang dianalisis di
dalam sampel. Yang berperan dalam proses
separasi pada system HPLC adalah kolom. Ada kolom yang digunakan untuk beberapa
jenis analisa, misalnya kolom C18 yang dapat digunakan untuk analisa
carotenoid, protein, lovastatin, dan sebagainya. Namun ada juga kolom yang
khusus dibuat untuk tujuan analisa tertentu, seperti kolom Zorbax carbohydrat
(Agilent) yang khusus digunakan untuk analisa karbohidrat (mono-, di-,
polysakarida). Keberhasilan proses separasi sangat dipengaruhi oleh pemilihan
jenis kolom dan juga fasa mobil.
Setelah
komponen dalam sample berhasil dipisahkan, tahap selanjutnya adalah proses
identifikasi. Hasil analisa HPLC diperoleh dalam bentuk signal kromatogram.
Dalam kromatogram akan terdapat peak-peak yang menggambarkan banyaknya jenis
komponen dalam sample.
Sample yang
mengandung banyak komponen didalamnya akan mempunyai kromatogram dengan banyak
peak. Bahkan tak jarang antar peak saling bertumpuk (overlap). Hal ini akan
menyulitkan dalam identifikasi dan perhitungan konsentrasi. Oleh karena itu
biasanya untuk sample jenis ini dilakukan tahapan preparasi sample yang lebih
rumit agar sample yang siap diinjeksikan ke HPLC sudah cukup bersih dari
impuritis. Sample farmasi biasanya jauh lebih mudah karena sedikit mengandung
komponen selain zat aktif. Sample ini umumnya hanya melalui proses pelarutan
saja.

E. Prinsip Dasar HPLC
Prinsip dasar
HPLC (High Performance Liquid Chromatografi) adalah pemisahan
senyawa-senyawa berdasarkan kepolaran, dimana terdapat
fase mobile (gerak) dan
fase stasioner (diam). Fase mobilenya adalah sampel
dan eluen yang bercampur, dan
fase stasionernya adalah silika gel yang mengandung
hidrokarbon. Sehingga senyawa
yang memiliki kepolaran yang lebih tinggi akan
tertahan pada fase stasioner yang
bersifat polar.
F. Perawatan HPLC
Efisiensi pemisahan kolom HPLC tidak
hanya tergantung pada kualitas kolom, namun juga pada bagaimana kolom digunakan
secara umum, kolom yang sering digunakan
adalah Silika. Kestabilan mekanik yang besar, sangat baik sifat permukaan
fisikokimia, berbagai ikatan kimia, dan kompatibel dengan berbagai pelarut
organik.
Berikut
beberapa cara perawatan HPLC agar tetap dapat digunakan secara efisien.
·
Stabilitas pH
kolom HPLC
yang stabil dalam rentang pH 2 sampai 8. Jika mengukur nilai pH, pengukuran
harus dilakukan dalam media air sebelum mencampur eluen dengan pelarut organik.
HPLC kolom dapat digunakan di luar rentang pH. Ikatan kimia baru yang
memungkinkan penggunaan sampai pH 1 untuk beberapa fasa diam. Fase stasioner
didasarkan pada silika gel ultra murni juga dapat digunakan pada rentang pH
yang lebih tinggi, sampai untuk pH 11, tergantung pada sifat kimia pengubah
yang digunakan dalam fase gerak. Basis Besar (seperti Pyrolidine) tidak mampu
menyerang permukaan silika dan oleh karena itu dapat digunakan pada pH lebih
tinggi.
·
Teknik Stabilitas
Fase
stasioner didasarkan pada silika secara mekanik sangat stabil, dikemas dalam
kolom yang menunjukkan tidak ada batas tekanan, dan dapat digunakan di lebih
dari 40 MPa (6000 psi) tanpa masalah. Tekanan menyebabkan guncangan penyaluran
dalam kolom, yang menghasilkan puncak membelah pada kromatogram
·
Eluen
Penggunaan
pelarut murni non HPLC menyebabkan adsorpsi ireversibel dari kotoran pada
kolom. Kotoran ini memblokir situs adsorpsi, mengubah selektivitas kolom dan
mengarah ke puncak memisahkan di kromatogram tersebut.
·
Penyimpanan Kolom
o
Untuk penyimpanan jangka pendek, kolom dapat
disimpan dalam eluen yang digunakan dalam terakhir analisis.
o
Untuk penyimpanan jangka menengah, yaitu 2 hari
atau selama akhir pekan, kolom harus dibilas dengan air yang murni untuk
mencegah pertumbuhan mikroba.
o
Untuk penyimpanan jangka panjang, silika kolom
tersebut harus dapat disimpan dalam pelarut aprotik. Kandungan air tidak boleh
lebih tinggi dari 50%. Yang terbaik adalah pelarut Asetonitril.
G. Kegunaan HPLC
Beberapa
kegunaan dari HPLC :
·
HPLC dengan prinsip kromatografi banyak
digunakan pada industri farmasi dan pestisida.
·
Zat- zat dengan kepolaran berbeda yaitu antara
sedikit polar sampai polar dapat dipisahkan dengan HPLC berdasarkan partisi
cair-cair.
·
Asam-asam nukleat dapat dipisahkan dengan kolom
penukar ion yang dikombinasikan dengan kolom butiran berlapis zat berpori.
·
Morfin, heroin dan semacamnya telah dapat
dipisahkan dengan rezin Zipax-SAX.
·
Dapat memisahkan vitamin- vitamin yang larut
dalam air.
·
Digunakan untuk menentukan berat molekul polimer
dan masalah-masalah biokimia.
·
Dapat digunakan untuk memurnikan dan
mengidentifikasi suatu senyawa.
H. Kelebihan dan Kekurangan HPLC
Dengan adanya
HPLC tentunya sangat membantu dalam proses kromatografi. Berikut merupakan
kelebihan dari alat HPLC antara lain:
·
Mampu memisahkan molekul-molekul dari suatu
campuran dengan daya memisah yang tinggi.
·
Dapat dihindari terjadinya dekomposisi /
kerusakan bahan analisis.
·
Dapat digunakan bermacan-macam detektor dengan
kepekaan yang tinggi.
·
Kolom dapat digunakan kembali.
·
Waktu analisa cukup singkat.
·
HPLC dapat digunakan untuk isolasi zat yang
tidak mudah menguap dan zat yang tidak stabil.
·
Dapat menganalisis sampel yang kecil
kuantitasnya.
·
Teknik HPLC dapat dilakukan pada suhu kamar.
Kelemahan dari alat HPLC antara lain:
·
Harga sebuah alat HPLC cukup mahal.
·
Sering ada larutan standar yang tertinggal
diinjektor.
·
Pada kolom dengan diameter rata-rata partikel
fase diam dengan ukuran 5 dan 3 mikrometer sela-sela partikel lebih mudah
tertutup oleh kotoran, jadi harus seringkali dicuci dan kemurnian larutan harus
dijaga.
I.
Contoh
Percobaan
·
Penerapan HPLC
Dalam Analisis Senyawa (Obat) Dalam Campuran
HPLC sering digunakan antara lain untuk
menetapkan kadar senyawa aktif pada obat, produk hasil samping proses sintesis,
atau produk- produk degradasi dalam sediaan farmasi. Keterbatasan metode HPLC
ini adalah untuk identifikasi senyawa, kecuali jika HPLC dihubungkan dengan
spektometer massa (MS). Keterbatasan lainnya adalah sampel sangat kompleks maka
resolusi yang baik sulit diperoleh.
·
Penggunaan KCKT
dalam bidang farmasi
Metode KCKT merupakan metode yang sangat
populer untuk menetapkan kadar senyawa obat baik dalam bentuk sediaan atau
dalam sampel hayati .Hal ini disebabkan KCKT merupakan metode yang memberikan
sensitifitas dan spesifitas yang tinggi. Berikut ini adalah beberapa
contoh penggunaan KCKT untuk analisis beberapa sediaan farmasi :
Obat (sediaan)
|
Fase diam
|
Fase gerak
|
Detektor
|
Adriamisin (serum)
|
C18
|
Asetonitril-asam fosfat 0,01 N ph 2,3 (50:50)
|
Fluoresen
EK : 465 nm
EM : 580 nm
|
Aktinomisin (Serbuk)
|
C18
|
CH3CN-H2O (1:1)
|
Elektrometer
|
Allopurinol (tablet)
|
C18; 4 x 30 cm
|
KH2PO4 0,05M; 1,5 ml/menit
|
UV 254 nm
|
o
Parasetamol:
§
Nama
Kimia : 4-
Hidroksiasetanilida
§
Rumus Molekul : C8H9NO2
§
Berat Molekul : 151,16
§
Pemerian
: serbuk, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit.
§
Kelarutan :
larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1 N, mudah larut dalam
etanol. (Depkes RI, 1995).
Parasetamol atau N-asetil-p-aminofenol atau
asetaminofen merupakan derivat para-amino fenol yang berkhasiat sebagai analgesik-antipiretik.
Asetaminofen merupakan pengganti yang baik untuk analgesik dan antipiretik
aspirin pada penderita dengan keluhan saluran cerna dan pada mereka dengan
perpanjangan waktu perdarahan yang tidak menguntungkan. Asetaminofen merupakan
analgetik dan antipiretis.
Parasetamol adalah senyawa yang memiliki sifat polar dan gugus kromofor
yang dimilikinya menyebabkan senyawa ini dapat menyerap sinar UV. Karakteristik
senyawa ini memungkinkan analisis dengan teknik HPLC menggunakan kolom nonpolar
seperti C-18 dan fasa gerak polar seperti methanol/ air. Parasetamol diabsorbsi
cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi plasma dicapai
dalam waktu ½ jam dan masa paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke
seluruh tubuh. Dalam plasma, 25% parasetamol terikat protein plasma.
Parasetamol digunakan sebagai analgesic dan antipiretik.
Pengujian kadar parasetamol dalam obat menggunakan teknik HPLC , dalam
proses analisisnya HPLC memiliki beberapa tahapan.
Diawali dengan menginjeksikan sampel uji yaitu larutan obat yang sebelumnya
telah disaring dengan membran PTFE ke dalam kolom HPLC dengan injektor khusus /
syringe yang bervolume 20 µL, penyaringan sebelum penginjeksian ini dilakukan
agar tidak terjadi penyumbatan didalam kolom dan menghilangkan gas dari
pelarutnya. Sampel didorong cepat saat melalui kolom dengan bantuan pompa
bertekanan tinggi.
Di dalam kolom, komponen- komponen pada sampel dipisahkan berdasarkan pada
perbedaan kekuatan interaksi solut terhadap fasa diamnya. Solut yang
interaksinya kurang kuat akan keluar lebih lambat dari kolom daripada solut
lainnya. Komponen akan keluar dari kolom dengan kecepatan yang berbeda dan
terdeteksi oleh detektor. Detektor yang digunakan adalah detektor UV karena
parasetamol merupakan senyawa organik yang dapat menyerap sinar UV.
Pengujian ini menggunakan panjang gelombang
243 nm dengan mempertimbangkan panjang gelombang methanol yaitu 205 nm dan air
yaitu 190 nm. Teknik yang dilakukan kali ini merupakan “reverse phase” atau
fasa terbalik karena teknik ini menggunakan pelarut polar sebagai fasa gerak
sedangkan fasa diamnya menggunakan pelarut non- polar. Penggunaan fasa gerak
dan fasa diam yang berbeda kepolarannya ini bertujuan agar sampel uji tidak
bereaksi dengan fasa diamnya saat melewati kolom HPLC. Sampel melewati kolom
HPLC tentunya memiliki jangka waktu yang terukur dan juga menjadi parameter,
waktu yang dibutuhkan sampel untuk melewati kolom ini disebut waktu retensi.
Dalam pengujian parasetamol dalam obat,
waktu retensi yang terukur adalah antara 2,19 hingga 2,2. Selanjutnya hasil
analisis dengan HPLC ini menghasilkan suatu citra berupa kromatogram.
Kromatogram ini merupakan grafik antara intensitas komponen yang dibawa oleh
fasa gerak terhadap waktu retensi. Seharusnya tampilan kromatogram ini berupa
grafik lurus, lancip, dan simetris. Tetapi data yang diperoleh pada percobaan
ini sedikit melebar dan tidak simetris tentunya. Ini disebabkan antara lain
oleh adanya difusi didalam kolom HPLC, difusi yang terjadi adalah difusi longitudinal
dan difusi transfer massa. Difusi longitudinal itu sendiri disebabkan oleh
penyebaran komponen yang tidak sama sedangkan difusi transfer massa disebabkan
oleh kecepatan komponen yang tidak merata.
Terdapat beberapa parameter pemisahan dalam
HPLC, yaitu laju alir eluen yaitu sebesar 0,5 mL/ menit, ketebalan stasioner
kolom C-18 yaitu 15 cm, ukuran partikel analit, dan laju difusi yang sudah
disebutkan diatas. Parameter- parameter ini dapat menyebabkan kejanggalan dalam
pencitraan kromatogram seperti pelebaran pada puncak. Adanya pelebaran puncak
pada kromatogram mengindikasikan terjadinya overlapping analit yang belum
terpisahkan dalam kolom. Semakin tinggi laju difusinya maka komponen dalam
sampel akan semakin sulit dipisahkan secara efisien. Dari grafik luas area
terhadap konsentrasi (ppm) dapat dihitung kadar parasetamol dalam sampel obat.
Data yang diperoleh menunjukkan bahwa dari sampel obat sebanyak 12,5 mg
diperoleh kadar parasetamol sebesar 83,444 % sedangkan dari massa rata-rata
tablet obat sebesar 738,2 mg diperoleh massa parasetamol pada tiap tablet obat
sebesar 615,9836 mg. Dapat disimpulkan bahwa kadar parasetamol dalam tablet
obat adalah sebesar 615,98 mg per tabletnya.
o
Kafein
Rumus struktur
:
§
Nama
Kimia :
1,3,7-Trimetil xantin
§
Rumus
Molekul :
C8H10N4O2
§
Berat
Molekul :
194,19
§
Pemerian :
serbuk putih atau bentuk jarum mengkilat putih, biasanya menggumpal, tidak
berbau, rasa pahit.
§
Kelarutan :
Agak sukar larut dalam air, dalam etanol, mudah larut dalam kloroform, sukar
larut dalam eter. (Depkes RI, 1995).
Dalam penetapan kandungan kafein digunakan
sampel berupa minuman berkafein. HPLC yang digunakan adalh jenis HPLC Series
200 dengan detector 275 nm Perkin Elmer, Kolom : Supelcosil LC : 18, ( 25 cm X
4,6mm, 5 μm ). Menggunakan asam asetat 70% dan methanol 30% sebagai fasa gerak.
Proses pengerjaan terdiri dari 2 tahap, yaitu tahap preparasi dan tahap
injection ke HPLC.
·
ANALISIS
KUANTITATIF
o
Metoda
Persentase Tinggi / Lebar Puncak
Metoda ini disebut juga Metoda Normalisasi Internal. Untuk analisis
kuantitatif diasumsikan bahwa lebar atau tinggi Puncak (Peak) sebanding
(proportional) dengan kadar / konsentrasi zat yang menghasil puncak. Dalam metoda
yang paling sederhana diukur lebar atau tinggi Puncak, yang kemudian
dinormalisasi (ini berarti bahwa setiap lebar atau tinggi Puncak diekspresikan
sebagai suatu persentase dari total). Hasil normalisasi dari lebar atau tinggi
puncak memberikan komposisi dari campuran yang dianalisis, seperti contoh pada
Tabel berikut:
No
|
Peak area
|
|
Kafein standar
|
Kafein dalam sampel
|
|
1
|
2601417,40
|
2216635,31
|
Berdasarkan data table diatas, maka kadar
kafein dalam sampel ( teh poci ) dapat dianalisis dengan mengunakan persamaan :
Cx =
Ax / Ap X Cp
= x 200 ppm
= 170,42 ppm
Maka dalam 1 mL sampel yang diuji terdapat 0,17042 mg kafein.
Ada dua masalah dengan pendekatan ini, yaitu:
Kita harus yakin bahwa kita telah menghitung
semua komponen, yang tiap-tiap komponen muncul sebagai suatu puncak yang
terpisah pada kromatogram. Komponen-komponen dapat berkoelusi, atau ditahan di
dalam kolom, atau, terelusi tanpa terdeteksi. Kita harus mengasumsi bahwa kita
memperoleh respons detektor yang sama untuk setiap komponen
Untuk mengatasi kesulitan ini, maka kalibrasi detektor diperlukan.
Kafein berkhasiat menstimulasi SSP, dengan
efek menghilangkan rasa letih, lapar dan mengantuk, juga daya konsentrasi dan
kecepatan reaksi dipertinggi, prestasi otak dan suasana jiwa diperbaiki. Kofein
juga memperkuat kontraksi jantung, vasodilatasi perifer dan diuretis. Kofein
digunakan sebagai penyegar. Zat ini sering dikombinasikan dengan Parasetamol
atau asetosal untuk memperkuat efek analgetisnya.
Kafein dosis sedang menyebabkan insomnia, ansietas dan agitasi. Dosis
tinggi diperlukan untuk memperlihatkan toksisitas berupa muntah dan konvulsi.
Dosis letal sekitar 10 g (kira-kira 100 cangkir kopi) yang menimbulkan aritmia
jantung. Kematian karena kafein sangat tidak mungkin. Letargi, iritabel dan
sakit kepala terjadi pada pengguna yang secara rutin minumg lebih dari 600 mg
kopi per hari ( sekitar 6 cangkir kopi per hari) dan mendadak berhenti. (Mycek,
2001).
o
Preparasi
Sampel
1.
Sampel harus dalam bentuk larutan
2.
Untuk skala analisis sampel dalam mikroL , konsentrasi sampel yang
diinjeksikan tidak boleh terlalu pekat karena dapat menyumbat kolom.Konsentrasi
maksimal adalah 40 ppm.
o
Preaparasi Fase
Gerak
1.
Fase Gerak ( eluen ) yang digunakan harus dalam kualitas p.a ataupun grade
HPLC. Untuk air digunakan akuabidest.
2.
Sebelum digunakan, eluen harus disaring dengan milipore kemudian
diawagaskan ( di digest ) dengan sonikator sekitar 30 menit untuk menghilangkan
udara terlarut.
3.
Eluen harus dimasukkan ke dalam tabung eluen sebelum alat dinyalakan untuk
menghindari adanya gelembung pada selang penghubung.
4.
Tabung eluen yang diisi harus diberi label sesuai dengan eluen yang di
gunakan.
J.
Analisis
Kromatogram/ interpretasi data
Output akan
direkam sebagai rangkaian puncak-puncak, dimana masing-masing puncak mewakili
satu senyawa dalam campuran yang melalui detektor dan menerap sinar UV.
Sepanjang anda mengontrol kondisi kolom, anda dapat menggunakan waktu retensi
untuk membantu mengidentifikasi senyawa yang diperoleh, tentunya, anda (atau
orang lain) sudah mengukur senyawa-senyawa murninya dari berbagai senyawa pada
kondisi yang sama.
Anda juga dapat menggunakan puncak sebagai jalan untuk
mengukur kuantitas dari senyawa yang dihasilkan. Mari beranggapan bahwa
tertarik dalam senyawa tertentu, X.
Jika anda menginjeksi suatu larutan yang mengandung
senyawa murni X yang telah diketahui jumlahnya pada instrumen, anda tidak hanya
dapat merekam waktu retensi dari senyawa tersebut, tetapi anda juga dapat
menghubungkan jumlah dari senyawa X dengan puncak dari senyawa yang dihasilkan.

Area yang
berada dibawah puncak sebanding dengan jumlah X yang melalui detektor, dan area
ini dapat dihitung secara otomatis melalui layar komputer. Area dihitung
sebagai bagian yang berwarna hijau dalam gambar (sangat sederhana).
Jika larutan X kurang pekat, area dibawah puncak akan
berkurang meskipun waktu retensi akan sama. Misalnya,

Ini berarti
dimungkinkan mengkalibrasi instrumen sehingga dapat digunakan untuk mengetahu
berapa jumlah substansi yang dihasilkan meskipun dalam jumlah kecil.
Meskipun demikian, harus berhati-hati. Jika anda
mempunyai dua substansi yang berbeda dalam sebuah campuran (X dan Y), dapatkah
anda mengatakan jumlah relatifnya? Anda tidak dapat mengatakannya jika anda
menggunakan serapan UV sebagai metode pendeteksinya.
Dalam gambar, area di bawah puncak Y lebih kecil
dibanding dengan area dibawah puncak X. Ini mungkin disebabkan oleh karena Y
lebih sedikit dari X, tetapi dapat sama karena Y mengabsorbsi sinar UV pada
panjang gelombang lebih sedikit dibanding dengan X. Ini mungkin ada jumlah
besar Y yang tampak, tetapi jika diserap lemah, ini akan hanya memberikan
puncak yang kecil.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komponen
utama dari HPLC yaitu, pompa, injector, elusi gradient, kolom, detector,
pengolahan data.
Prinsip
dasar HPLC (High Performance Liquid Chromatografi) adalah pemisahan
senyawa-senyawa berdasarkan kepolaran, dimana terdapat fase mobile (gerak) dan
fase stasioner (diam). HPLC sering digunakan antara lain untuk menetapkan kadar
senyawa aktif pada obat, produk hasil samping proses sintesis, atau produk-
produk degradasi dalam sediaan farmasi. Contohnya adalah menganalisis
parasetamol dan kafein dalam suatu campuran.
HPLC sebagai
suatu metode pemisahan memiliki beberapa keuntungan yaitu menghasilkan
pemisahan yang sangat cepat, dapat memisahkan zat-zat yang tidak mudah menguap
ataupun tak tahan panas, banyak pilihan fasa geraknya, mudah untuk mendapatkan
kembali cuplikan, karena detector pada KCKT tidak merusak komponen zat yang
dianalisis, dan dapat dirangkai dengan instrumen lain untuk meningkatkan
efisiensi pemisahan. Sedangkan kekurangannya adalah larutan harus dicari fase
diamnya terlebih dahulu, hanya bisa digunakan untuk asam organic, harus
mengetahui kombinasi yang optimum antara pelarut, analit, dan gradient elusi,
harganya mahal sehingga penggunaannya dalam lingkup penelitian yang terbatas.
B. Saran
Pada saat praktek menggunakan alat HPLC
perlu adanya kerjasama antara praktikan dan pembimbing agar praktikan dapat
memahami dan mampu menggunakan alat dengan baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Komentar
Posting Komentar