Proposal pembuatan parfum produk pewangi

PROPOSAL
PRODUK Virgin Coconut Oil (VCO)







Disusun oleh
RINO RAMADHAN (27)
4 Kimia Analisis  3

SMK NEGERI 1 (STM PEMBANGUNAN) TEMANGGUNG
Jalan Kadar Maron, Kotak Pos 104, Telp/Fax. (0293) 4901639
Website :http://stembatema.sch.id. E-mail:smkn1_marontmg@yahoo.co.id
Temanggung 56221


BAB I
PENDAHULUAN

Latar belakang
Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki banyak pulau dan merupakan negara produsen kelapa utama di dunia. Hampir di semua propinsi di Indonesia dijumpai tanaman kelapa yang pengusahaannya berupa perkebunan rakyat. Hal ini merupakan peluang untuk pengembangan kelapa menjadi aneka produk yang bermanfaat.
Pohon kelapa sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia karena hampir semua bagian kelapa dapat dimanfaatkan. Buah kelapa yang terdiri atas sabut, tempurung, daging buah dan air kelapa tidak ada yang terbuang dan dapat dibuat untuk menghasilkan produk industri, antara lain sabut kelapa dapat dibuat keset, sapu, dan matras. Tempurung dapat dimanfaatkan untuk membuat karbon aktif dan kerajinan tangan. Dari batang kelapa dapat dihasilkan bahanbahan bangunan baik untuk kerangka maupun untuk dinding serta atap. Daun kelapa dapat diambil lidinya yang dapat dipakai sebagai sapu, serta barangbarang anyaman.
Daging buah dapat dipakai sebagai bahan baku untuk menghasilkan kopra, minyak kelapa,coconut cream, santan dan parutan kering, sedangkan air kelapa dapat dipakai untuk membuat cuka dan nata de coco. Santan adalah cairan yang diperoleh dengan melakukan pemerasan terhadap daging buah kelapa parutan. Santan merupakan bahan makanan yang dipergunakan untuk mengolah berbagai masakan yang mengandung daging, ikan, ayam, dan untuk pembuatan berbagai kuekue, es krim, gulagula. Selain itu, kelapa juga menghasilkan produk olahan yang populer belakangan ini yaitu Virgin Coconut Oil (VCO) yang bermanfaat bagi kehidupan manusia (Suhardiyono, 1993).
Minyak kelapa murni atau lebih dikenal dengan Virgin Coconut Oil (VCO) merupakan merupakan modifikasi proses pembuatan minyak kelapa sehingga dihasilkan produk dengan kadar air dan kadar asam lemak bebas yang rendah, berwarna bening, berbau harum, serta mempunyai daya simpan yang cukup lama yaitu lebih dari 12 bulan. Pembuatan minyak kelapa murni ini memiliki banyak keunggulan yaitu tidak membutuhkan biaya yang mahal karena bahan baku mudah didapat dengan harga yang murah, pengolahan yang sederhana dan tidak terlalu rumit, serta penggunaan energi yang minimal karena tidak menggunakan bahan bakar sehingga kandungan kimia dan nutrisinya tetap terjaga terutama asam lemak dalam minyak. Jika dibandingkan dengan minyak kelapa biasa atau sering disebut dengan minyak goreng (minyak kelapa kopra) minyak kelapa murni mempunyai kualitas yang lebih baik. Minyak kelapa kopra akan berwarna kuning kecoklatan, berbau tidak harum dan mudah tengik sehingga daya simpannya tidak bertahan lama (kurang dari dua bulan). Dari segi ekonomi minyak kelapa murni mempunyai harga jual yang lebih tinggi dibanding minyak kelapa kopra sehingga studi pembuatan VCO perlu dikembangkan (anonim, 2009).VCO sangat kaya dengan kandungan asam laurat (laurat acid) berkisar 5070 %. Di dalam tubuh manusia asam laurat akan diubah menjadi monolaurin yang bersifat antivirus, antibakteri dan antiprotozoa serta asamasam lain seperti asam kaprilat, yang didalam tubuh manusia diubah menjadi monocaprin yang bermanfaat untuk penyakit yang disebabkan oleh virus HSV2 dan HIV1 dan bakteri neisseria gonnorhoeae.
Virgin Coconut Oil juga tidak membebani kerja pankreas serta dalam energi bagi penderita diabetes dan mengatasi masalah kegemukan/obesitas. Oleh karena pemanfaatannya yang cukup luas, maka dengan pembuatan minyak kelapa murni ini dapat menjadi salah satu obat alternatif, selain itu juga dapat meningkatkan nilai ekonomi (anonim, 2009).

Manfaat

Meningkatkan kemampuan dalam melakukan penelitian dan menganalisa suatu bahan / produk.
Meningkatkan kekreaifan siswa
Menerapkan ilmu yang diperoleh
Tujuan

Pemenuhan tugas
Mengetahui cara pembuatan VCO

Rumusan Masalah
Bagaimana cara membuat VCO?
Apa  saja manfaat VCO?    


















BAB II
Kajian Teori
VCO
Virgin Coconut Oil (VCO) adalah minyak kelapa murni yang diperoleh dari kelapa yang sudah tua tanpa pemanasan, tanpa bahan kimia apapun, diproses dengan cara sederhana sehingga diperoleh minyak kelapa murni yang berkualitas tinggi. Keunggulan dari minyak ini adalah jernih, tidak berwarna, tidak mudah tengik, dan tahan hingga dua tahun. Komponennya masih utuh artinya tidak ada senyawa yang hilang dalam minyak ini. Kandungan nutrisi dalam minyak ini sama dengan yang terdapat dalam Air Susu Ibu (ASI) (Susilaningsih, 2005).
Virgin Coconut Oil (VCO) mengandung 92% lemak jenuh, 6% lemak mono tidak jenuh, dan 2% lemak poli tidak jenuh. Lemak jenuh dalam Virgin Coconut Oil (VCO) berupa asam lemak jenuh. Tingginya kandungan asam lemak jenuh menjadikan Virgin Coconut Oil (VCO) sebagai sumber saturated fat. Asam lemak jenuhnya didominasi oleh Medium Chain Fatty Acid (MCFA). Persentase MCFA pada Virgin Coconut Oil (VCO) adalah 48% asam laurat, 8% asam kaprilat, 7% asam kaprat, dan 0,5% asam kaproat (Price, 2004).

Manfaat VCO
VCO (Virgin Coconut Oil) adalah minyak yang dihasilkan dari buah kelapa segar. Berbeda dengan minyak kelapa biasa, VCO dihasilkan tidak melalui penambahan bahan kimia atau pun proses yang melibatkan panas yang tinggi. Selain warna dan rasa yang berbeda, VCO mempunyai asam lemak yang tidak terhidrogenasi seperti pada minyak kelapa biasa. VCO menjadi populer karena manfaatnya untuk kesehatan tubuh. Hal ini disebabkan VCO mengandung banyak asam lemak rantai menengah (Medium Chain Fatty Acid/MCFA). Sifat MCFA yang mudah diserap sampai ke mitokondria akan meningkatkan metabolisme yang mudah diserap sampai ke mitokondria akan meningkatkan metabolisme tubuh. Penambahan energy yang dihasilkan oleh metabolisme itu menghasilkan efek stimulasi dalam seluruh tubuh manusia sehingga meningkatkan tingkat energy yang dihasilkan. MCFA yang paling banyak terkandung dalam VCO adalah asam laurat (lauric acid).
Manfaat lain dari VCO diantaranya adalah peningkatan daya tahan terhadap penyakit serta mempercepat proses penyembuhan. Manfaat tersebut ditimbulkan dari peningkatan metabolisme dari penambahan energi yang dihasilkan sehingga mengakibatkan sel-sel dalam tubuh bekerja lebih efisien. Mereka membentuk sel-sel baru serta mengganti sel-sel yang rusak dengan lebih cepat. VCO didalam tubuh menghasilkan energy saja tidak seperti minyak sayur yang berakhir di dalam tubuh sebagai energy,kolesterol dan lemak.

Berikut manfaaat VCO yang lain :

Mampu mengatasi penyakit degeneratif seperti diabetes militus, jantung, kegemukan (obesitas), osteoporosis, dan kolesterol
Membasmi penyakit yang disebabkan oleh mikroba dan jamur seperti keputihan, influenza, herpes, cacar, dan HIV/AIDS karena bersifat antimikroba
Menghalau penyakit akibat radikal bebas
Untuk anti kerut dan penuaan dini yang dioleskan pada kulit
Untuk pertumbuhan anak seperti menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak, meningkatkan kecerdasan, menambah daya tahan, dan stamina tubuh
Untuk farmasi, digunakan untuk membuat obat-obatan dan kosmetika (Sutarmi dan Hartin Rozaline, 2005).

PROSES PEMBUATAN VCO
VCO dibuat dari daging kelapa tua yang dihancurkan kemudian diambil santannya. Santan merupakan suatu emulsi minyak dalam air dan protein (berupa lipoprotein) yang terdapat di dalam santan berfungsi sebagai pengemulsi. Salah satu penyebab hilangnya stabilitas protein adalah adanya pengadukan, pemanasan atau aktivitas mikroba. Hal ini berarti bahwa protein mengalami denaturasi sehingga kelarutannya berkurang. Lapisan molekul protein bagian dalam yang bersifat hidrofob berbalik ke luar, sedangkan bagian luar yang bersifat hidrofil terlipat ke dalam. Hal ini menyebabkan protein mengalami koagulasi dan akhirnya akan mengalami pengendapan, sehingga lapisan minyak dan air dapat terpisah.

Berbagai metode pembuatan VCO telah dikembangkan diantaranya adalah :

Fermentasi
Buah kelapa yang telah diparut diberi air, kemudian parutan daging diperas. Santan yang dihasilkan disaring dan ditampung dalam wadah transparan lalu ditutup dan didiamkan. Satu jam berselang krim yang terbentuk dipisahkan dari air. Setelah ditambahkan mikroba dan diaduk, krim didiamkan selama 10 jam hingga menghasilkan minyak. Mikroba membantu penggumpalan protein agar terpisah dengan minyak.
Sentrifugasi
Pengolahan awalnya sama dengan cara fermentasi, hanya berbeda pada teknik pengambilan minyaknya. Buah kelapa yang telah diparut diberi air kemudian parutan dagingnya diperas. Setelah dihasilkan santan, kemudian disaring dan ditampung dalam wadah. Proses selanjutnya, santan disentrifugasi sehingga menghasilkan tiga lapisan, yaitu lapisan protein, air serta minyak. Terbentuknya ketiga lapisan tersebut merupakan pemanfaatan beda berat jenis komponen dalam santan. Lapisan atas yang berupa minyak merupakan produk hasil yang diinginkan yaitu VCO.

POTENSI PENGEMBANGAN / APLIKASI VCO DI INDONESIA
Sebagai Negara kepulauan terbesar, Indonesia memiliki kebun kelapa (Cocos Nucifera) terluas didunia, seluas 3.745.000 hektar, yang hampir seluruhnya adalah perkebunan rakyat dan merupakan sumber penghasilan sekitar dua setengah juta keluarga petani. Namun, nilai ekspor minyak kelapa Indonesia (32,2 persen) masih di bawah Filipina (45,6 persen dari total ekspor dunia). Selain itu ekspor Indonesia masih dalam bentuk minyak kelapa biasa, sedangkan Filipina sudah mulai menjangkau dunia dengan VCO-nya dengan harga yang tiga atau empat kali dari minyak kelapa biasa.
Kebutuhan VCO untuk Indonesia dan dunia belum terpetakan dengan baik ini belum mampu menutupi kebutuhan pasar yang sangat besar Berdasarkan hasil pemantauan berbagai media, kebutuhan akan VCO sangatlah besar. Contohnya data dari majalah Trubus yang melaporkan bahwa Singapura memerlukan pasokan sebesar 243.000 liter sedangkan Amerika meminta 200 ton VCO untuk periode Juli – Agustus, belum lagi ditambah kebutuhan domestik. Semua permintaan tersebut belum terpenuhi oleh produksi VCO di dalam negeri Salah satu penyebabnya adalah proses pembuatan VCO yang digunakan sekarang ini belum mampu memenuhi kebutuhan pasar.

KUALITAS MINYAK KELAPA MURNI
Kadar Air
Kadar air adalah jumlah (dalam %) bahan yang menguap pada pemanasan dengan suhu dan waktu tertentu. Jika dalam minyak terdapat air maka akan mengakibatkan reaksi hidrolisis yang dapat menyebabkan kerusakan minyak. Reaksi hidrolisis akan menyebabkan ketengikan hidrolisis yang menghasilkan rasa dan bau tengik pada minyak. Asam lemak bebas yang mudah menguap dengan jumlah C4, C6, C8 , dan C10, menghasilkan bau tengik karena dapat berubah menjadi senyawa keton.

Berat Jenis
Berat jenis adalah perbandingan berat dari volume minyak atau lemak pada suhu 25oC dengan berat air pada volume dan suhu yang sama. Cara ini dapat digunakan untuk semua minyak dan lemak yang dicairkan. Alat yang digunakan untuk penentuan ini adalah piknometer.

Indeks Bias
Indeks bias dari suatu zat adalah perbandingan dari sinus sudut sinar jatuh dan sudut sinar pantul dari cahaya yang melalui suatu zat. Refraksi atau pembiasan ini disebabkan adanya interaksi antara gaya elektrostatik dan gaya elektromagnetik dari atom-atom di dalam molekul cairan. Pengujian indeks bias dapat digunakan untuk menentukan kemurnian minyak dan dapat menentukan dengan cepat terjadinya hidrogenasi katalisis. Semakin panjang rantai C dan semakin banyak ikatan rangkap, maka indeks bias semakin besar. Indeks bias juga dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kadar asam lemak bebas, proses oksidasi, dan suhu. Alat yang digunakan adalah refraktometer abbe yang dilengkapi dengan pengatur suhu. Indeks bias pada suhu tertentu dapat diperoleh dengan perhitungan:

R = R’ + K(T’−T)

Keterangan  :        R   =   pembacaan skala pada suhu T oC

   R’ =   pembacaan skala pada suhu T’ oC

   T’ =   suhu dimana R’ yang akan dicari (oC)

K   =   faktor koreksi (0,000365 untuk lemak dan 0,000385   untuk minyak) (Ketaren, 1986)

Angka Asam
Angka asam dinyatakan sebagai jumlah milligram KOH yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam satu gram minyak atau lemak (Ketaren, 1986). Angka asam yang besar menunjukkan asam lemak bebas yang berasal dari hidrolisa minyak ataupun karena proses pengolahan yang kurang baik. Makin tinggi angka asam maka semakin rendah kualitas dari minyak (Sudarmadji dkk, 1997)

Angka Penyabunan
Angka penyabunan dapat dipergunakan untuk menentukan berat molekul minyak dan lemak secara kasar. Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai C pendek berarti mempunyai berat molekul relatif kecil mempunyai angka penyabunan yang besar dan sebaliknya minyak dengan berat molekul relatif besar akan mempunyai angka penyabunan relatif kecil.

Angka Peroksida
Angka peroksida adalah nilai terpenting untuk menentukan derajat kerusakan  lemak. Asam lemak tidak jenuh dapat mengikat oksigen pada ikatan rangkapnya sehingga membentuk peroksida. Peroksida ini dapat ditentukan dengan metode iodometri.
Cara yang sering digunakan untuk menentukan bilangan peroksida, berdasarkan pada reaksi antara alkali iodida dalam larutan asam dengan ikatan peroksida. Iod yang dibebaskan pada reaksi ini kemudian dititrasi dengan natrium thiosulfat. Penentuan peroksida ini kurang baik dengan cara iodometri biasa meskipun peroksida bereaksi sempurna dengan alkali iod. Hal ini disebabkan karena peroksida jenis lainnya hanya bereaksi sebagian. Di samping itu dapat terjadi kesalahan oleh reaksi antara alkali iodida dengan oksigen dari udara (Ketaren, 1996).

Angka Iod
Angka iod mencerminkan ketidakjenuhan asam lemak penyusun minyak dan lemak. Asam lemak tak jenuh mampu mengikat iod dan membentuk senyawaan yang jenuh. Banyaknya iod yang diikat menunjukkan banyaknya ikatan rangkap.
Angka iod dinyatakan sebagai banyaknya gram iod yang diikat oleh 100 gram minyak atau lemak. Penentuan angka iod dapat dilakukan dengan cara Hanus atau cara Kaufmaun dan cara Von Hubl atau cara Wijs (Sudarmadji dkk, 1997). Pada cara Hanus, larutan iod standarnya dibuat dalam asam asetat pekat (glasial) yang berisi bukan saja iod tetapi juga iodium bromida. Adanya iodium bromida dapat mempercepat reaksi. Sedang cara Wijs menggunakan larutan iod dalam asam asetat pekat, tetapi mengandung iodium klorida sebagai pemicu reaksi (Winarno, 1997).

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Tempat
SMK N 1 TEMANGGUNG

Waktu
2018/2019

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan:
·         Baskom plastik
·         Kain penyaring
·         Gelas kimia
·         Gelas ukur
·         Erlenmeyer
·         Sendok
·         Corong kaca
·         Kapas
·         Aluminium foil
·         Inkubator Shake
·         Autoklaf

Bahan yang digunakan:
·         Kelapa parut
·         Gula pasir
·         Urea
·         Ragi Fermipan (Saccharomyces Cereviceae)

Prosedur kerja

Membuat Starter (penumbuhan mikroba)

Memeras kelapa dan mengambil santannya sebanyak 10 ml, dan kemudian dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 ml.\
Memasukkan gula pasir sebanyak 1 gram kedalam erlenmeyer
Menambahkan urea sebanyak 0,5 gram
Kemudian memasukkan aquades sampai batas 100 ml.
Setelah itu, erlenmeyer ditutup rapat dan dimasukkan kedalam autoklaf dan   disterilisasi selama 15 menit pada suhu 121 0C. Kemudian didinginkan.
Masukkan Ragi
Kemudian masukkan kedalam inkubator shake, selama 2 hari.

Membuat VCO

Siapkan santan didalam gelas kimia kemudian di pasteriusasi.
Keluarkan erlenmeyer dari dalam inkubator shake dan kemudian menuangkan starter kedalam gelas kimia yang telah berisi santan.
Diamkan selama 2 hari
Setelah itu, saring dengan menggunakan corong kaca yang telah dilapisi kapas.
Ambil minyaknya letakkan kedalam botol bening yang telah disterilkan.


DAFTAR PUSTAKA
http://nafaly.blogspot.com/2013/05/laporan-praktikum-pembuatan-virgin.html
https://dewismkn1tmg.wordpress.com/2013/04/12/bab-iii-pembuatan-vco/
http://terakreditasi.blogspot.com/2011/03/manfaat-dan-cara-pembuatan-virgin.html
https://aryaagh.wordpress.com/2011/01/29/laporan-praktikum-pembuatan-minyak-kelapa/



Komentar

Postingan populer dari blog ini

makalah hplc

proposal pembuatan sabun

Ringkasan kimia dasar