Rancangan praktik analisa proksimat biskuit
A.
ACARA : Rancangan Praktikum Sertifikasi
Mutu Produk Biskuit
B.
TUJUAN : Melakukan sertifikasi mutu produk biscuit
C.
DASAR
TEORI
1.
Standar mutu biskuit
Menurut Masye
Manaffe (1999), biskuit merupakan sejenis makanan yang terbuatdari tepung
terigu dengan sedikit penambahan bahan makanan lain dengan proses pencetakan dan pemanasan. Dalam SNI. 01.2973.1992 biskuit adalah produk makanan kering
yang dibuat dengan memanggang adonan yang mengandung bahan dasar terigu,
lemak, dan bahan pengembang dengan atau tanpa penambahan bahan makanan
tambahan lain yang diizinkan.
Biskuit
dibuat dengan bermacam-macam jenis, terutama dibedakan atas keseimbangan yang
ada antara bahan utama tepung, gula, lemak, dan telur. Kemudian juga bahan
tambahan seperti coklat, buah-buahan, dan rempah-rempah yang memiliki pengaruh
terhadap cita rasa.Sifat masing-masing biskuit ditentukan oleh jenis tepung
yang digunakan, proporsi gula dan lemak, kondisi dari bahan-bahan tersebut pada
saat ditambahkan dalam campuran (missal ukuran kristal), metode pencampuran (batch,
kontinyu, kriming, pencampuran satu tahap), penanganan adonan dan
metode pemanggangan.
Kualitas
biskuit selain ditentukan oleh nilai gizinya juga ditentukan dari warna, aroma,
cita rasa, dan kerenyahannya. Kerenyahan merupakan karakteristik mutu yang
sangat penting untuk diterimanya produk kering. Kerenyahan salah satunya
ditentukan oleh kandungan protein dalam bentuk gluten tepung yang digunakan.
Syarat Mutu Biskuit
1. Air : Maksimum 5 %
2. Protein : Minimum 9 %
3. Lemak : Minimum 9,5 %
4. Karbohidrat : Minimum 70 %
5. Abu : Maksimum 1,6 %
6. Logam Berbahaya : Tidak Terdapat/negatif
7. Serat Kasar : Maksimum 0,5 %
8. Kalori (kal/100 g) : Minimum 400
9. Jenis Tepung : Terigu
10. Bau dan Rasa : Normal, tidak tengik
B.
Metode
1.
Penentuan
Kadar Air
v Prinsip
Menguapkan air yang terdapat
dalam bahan dengan oven dengan suhu 100°-105°C
dalam jangka waktu tertentu (3-24 jam) hingga seluruh air yang terdapat dalam bahan
menguap atau penyusutan berat bahan tidak berubah lagi.
dalam jangka waktu tertentu (3-24 jam) hingga seluruh air yang terdapat dalam bahan
menguap atau penyusutan berat bahan tidak berubah lagi.
v Rumus
Air (%) = berat awal bahan - berat akhir bahan
setelah dioven
---------------------------------------------------------------x
100%
berat awal bahan
2.
Penentuan Kadar
Abu
v Prinsip
Membakar
bahan dalam tanur (furnace) dengan suhu 600°C selama 3-8 jam sehingga seluruh
unsur pertama pembentuk senyawa organik (C,H,O,N) habis terbakar dan berubah
menjadi gas. Sisanya yang tidak terbakar adalah abu yang merupakan kumpulan
dari mineral-mineral yang terdapat dalam bahan. Dengan perkataan lain, abu merupakan total mineral dalam
bahan.
v Rumus
W1–
W2
% Abu
= --------------- X 100 %
W
W = bobot sampel sebelum diabukan (gram)
W1 = bobot sampel + cawan sesudah diabukan (gram)
W2 = bobot cawan kosong
3.
Penentuan Kadar
Karbohidrat
·
Prinsip
Hidrolisis
Karbohidrat menjadi monosakarida yang dapat mereduksi Cu2+ menjadi
Cu+ Kelebihan Cu2+ dapat dititer secara
iodometri.
v Rumus :
Perhitungan
Mg gula
x N tio/0,1 x fp
Kadar karbohidrat = ------------------------------------- x
100% x 0,9
Ws x 1000
Ws = bobot cuplikan (mg)
Mg gula = glukosa yang terkadang untul mL tio yang
dipergunakan (mg)
Table Luff
Schoorl
Fp = factor pengenceran
4.
Penentuan Kadar
Protein
v Prinsip
Senyawa
Nitrogen diubah menjadi ammonium sulfat oleh H2SO4 pekat amonium sulfat yang
terbentuk diuraikan dengan NaOH. Amoniak yangdibebaskan diikat dengan asam
borat kemudian dititer dengan larutan bakuasam.
·
Rumus
( V1 – V2) x N
HCl x
0,014 x fk
x fp x 100
Kadar Protein = --------------------------------------------------------------------
W
V1 =
volume titrasi sampel
V2 = volume titrasi blanko
N HCl =
volume HCl yang telah distandarisai
fk = factor konversi
fp = factor pengenceran
W = berat sampel
5.
Penentuan Kadar
Lemak
v Prinsip
Melarutkan (ekstraksi) lemak
yang terdapat dalam bahan dengan pelaut lemak (ether) selama 3-8 jam. Ekstraksi
menggunakan alat sokhlet. Beberapa pelarut yang dapat digunakan adalah
kloroform, heksana, dan aseton. Lemak yang terekstraksi (larut dalam pelarut)
terakumulasi dalam wadah pelarut (labu sokhlet) kemudian dipisahkan dari
pelarutnya dengan cara dipanaskan dalam oven suhu 105°C. Pelarut akan menguap
sedangkan lemak tidak (titik didih lemak lebih besar dari 105°C, sehingga tidak
menguap dan tinggal di dalam wadah). Lemak yang tinggal dalam wadah ditentukan
beratnya.
v Rumus
Wi – Wo
Kadar lemak =
---------------- X 100 %
Ws
Ws
= bobot contoh (gram) (sebelum
dikeringkan )
Wi
= bobot labu + lemak setelah
diekstraksi (gram )
Wo
= bobot labu lemak sebelum ekstraksi
(gram)
6.
Penentuan Kadar
Serat
v Prinsip :
Komponen
dalam suatu bahan yang tidak dapat larut dalam pemasakan dengan asam encer dan
basa encer selama 30 menit adalah serat kasar dan abu. Untuk mendapatkan nilai
serat kasar, maka bagian yang tidak larut tersebut (residu) dibakar sesuai
dengan prosedur analisis abu. Selisih
antara residu dengan abu adalah serat kasar.
v Rumus
Berat
residu = berat serat kasar
Wi - Wo
% Serat kasar = ------------------ X 100 %
Ws
Wo : berat kertas saring
Wi : berat kertas saring + residu setelah
dikeringkan
Ws : berat contoh
D. ALAT
DAN BAHAN :
v Penentuan
kadar air
Alat dan Bahan:
·
Oven
listrik
·
Timbangan
analitik
·
Cawan
aluminium
·
Eksikator
·
Tang
penjepit
v Penentuan Kadar Abu :
Alat dan Bahan:
·
Cawan
porselen 30 ml
·
Pembakar
bunsen atau hot plate
·
Tanur
listrik
·
Eksikator
·
Tang
penjepit
·
Sampel
v
Penentuan kadar karbonhidrat
Alat dan Bahan :
·
Erlenmeyer 500 ml
·
pendingin tegak
·
labu ukur 500 ml
·
pipet ukur
·
bola hisab
·
neraca analitik
·
larutan HCL 3%
·
NaOH 30%
·
kertas lakmus
·
CH₃COOH
3%
·
Aquades
·
KI 20%
·
H₂SO₄ 25%
v Penentuan Kadar protein
Alat Dan
Bahan :
·
Neraca Analitik
·
Spatula
·
Labu Kjeldahl
·
Digestor
·
Labu ukur 100 Ml
·
Corong saring
·
Pipet tetes
·
Pipet volum 5 mL
·
Erlenmeyer
·
Alat Destilasi
·
Buret
·
Pipet ukur 25 mL
·
pipet ukur 10 mL
·
Selenium campuran
·
asam sulfat pekat
·
Brom kresol hijau
·
Metil merah
·
Indikator fenolftalein
·
NaOH 30 %
·
Asam Borat 2 %
·
HCl 0,01 N
·
Aquadest
v Penentuan Kadar Lemak
Kasar :
Alat dan Bahan (zat kimia) :
·
Satu
set alat sokhlet
·
Kertas
saring bebas lemak
·
Kapas
dan biji hekter
·
Eksikator
·
Timbangan
analitik
·
Sampel
·
Klorofom
v Penentuan Kadar Serat Kasar :
Alat dan bahan
Alat :
·
Gelas
piala khusus 600 ml
·
Cawan
porselen 30 ml
·
Corong Buchner diameter 4,5 cm
·
Satu
set alat pompa vakum
·
Eksikator
·
Kertas saring bebas abu
·
Tanur
listrik
·
Hot
plate
·
Tang
penjepit
·
Timbangan
analitik
·
H2SO4 1,25 %
·
NaOH
1,25 %
·
Aseton
·
Aquades
panas
PROSEDUR KERJA
v Penentuan
Kadar Air
No
|
Prosedur
|
Tujuan
|
1
|
Keringkan cawan aluminium dalam oven selama 1 jam pada
suhu 100°-105°C
|
Mengeringkan
cawan aluminium dari air
|
2
|
Kemudian dinginkan
dalam eksikator selama 15 menit dan timbang beratnya (catat sebagai A gram)
|
Menyamakan suhu cawan aluminim dengan suhu neraca
analitik agar saat penimbangan neraca tidak rusak
|
3
|
Tambahkan ke
dalam cawan aluminium tersebut sejumlah sample/bahan lebih
kurang 2-5 gram, timbang dengan teliti. Dengan demikian berat bahan/sample dapat diketahui
dengan tepat (catat sebagai B gram). Bila menggunakan timbangan analitik
digital maka dapat diketahui berat sampelnya dengan menset zero balans, yaitu
setelah berat cawan aluminium diketahui beratnya dan telah dicatat, kemudian
dizerokan sehingga penunjuk angka menjadi nol, lalu sampel langsung
dimasukkan ke dalam cawan dan kemudian timbang beratnya dan catat sebagai C
gram.
Masukkan cawan + sampel kedalam oven selama 3 jam pada suhu 100°-105°C sehingga seluruh air menguap. (Atau dapat pula dimasukkan dalam oven dengan suhu 60°C selam 48 jam) |
Untuk
mendapatkan berat sampel
|
4
|
Masukkan
dalam eksikator selama 15 menit dan timbang. Ulangi pekerjaan ini dari tahap
no 4 dan 5, sampai beratnya tidak berubah lagi. Catat sebagai B gram.
|
Menyamakan suhu cawan aluminim dengan suhu neraca
analitik agar saat penimbangan neraca tidak rusak
|
5
|
Setiap kali memindahkan cawan aluminium baik berisi sampel atau tidak
gunakan
tang penjepit. |
Agar tangan tidak
melepuh karena terkena panasnya cawa aluminium
|
v Penentuan
kadar Abu
No.
|
Prosedur
|
Tujuan
|
1
|
1. Keringkan cawan porselen ke
dalam oven selama 1 jam pada suhu 100°-105°C.
|
Mengeringkan
cawan porselin dari air
|
2
|
2. Dinginkan dalam eksikator selama 15 menit
dan timbang, catat sebagai A gram
|
Menyamakan suhu cawan porselin dengan suhu neraca
analitik agar saat penimbangan neraca tidak rusak
|
3
|
3. Masukkan sejumlah sampel kering oven
2-5 gram ke dalam cawan, catat sebagai B gram
|
Untuk
mendapatkan berat sampel
|
4
|
4. Panaskan dengan hot plate atau pembakar
bunsen sampai tidak berasap lagi
|
Untuk
mengarangkan sampel
|
5
|
5. Masukkan ke dalam tanur listrik dengan temperatur 600-700°C, biarkan
beberapa lama sampai bahan berubah menjadi abu putih betul. Lama pembakaran sekitar 3-6 jam
|
Untuk
mengabukan sampel
|
6
|
6. Dinginkan dalam eksikator kurang lebih 30
menit dan timbang dengan teliti, catat sebagai C gram
|
Menyamakan suhu cawan porselin dengan suhu neraca
analitik agar saat penimbangan neraca tidak rusak
|
7
|
7. Hitung kadar abunya
|
Mengetahui
kadar abu pada sampel
|
v Penentuan
Kadar Karbohidrat
No
|
Prosedur
|
Tujuan
|
1
|
Timbang
dengan seksama lebih kurang 5 g cuplikan kedalam Erlenmeyer 500 ml.
|
Mengencerkan
sampel
|
2
|
Tambahkan
200 ml larutan HCL 3%,didihkan selama 3 jam dengan pendingin tegak.
|
Menghidrolisis
karbohidrat
|
3
|
Dingin
dan netralkan dengan larutan NaOH 30% (dengan kertas lakmus atau fenolptalin
)dan ditambahkan sedikit CH₃COOH3% agar
suasana larutan agak sedikit asam.
|
Menetralkan dan agar suasana larutan agak sedikit
asam
|
4
|
Pindahkan
isinya kedalam labu ukur 500 ml,tambahkan aquades sampai tanda batas kemudian
saring.
|
Memperoleh filtrat
|
5
|
Pipet
10 ml filtrat kedalam labu elemeyer 500 ml,tambahkan 25 ml larutan luff
(dengan pipet) dan beberapa butir batu didih serta 15 ml air suling.
|
Larutan luff akan bereaksi dengan gulu pereduksi.
Dan batu didih untuk mencegah terjadinya letupan
|
6
|
Panaskan
campuran tersebut dengan nyala yang tetap. Usahakan agar larutan dapat
mendidih dalam waktu 3 menit ( gunakan stop wathc)kemudian dengan cepat
dinginkan dalam bak berisi es.
|
Agar proses
reuksi berjalan sempurna dan agar tidak ada kelebihan Cu2+ yang dititrasi dan
Agar pendinginan berlangsung cepat
|
7
|
Setelah
dingin tambahkan 15 ml larutan KI 20% dan 25 ml H₂SO₄
25% perlahan-lahan
|
Agar terjadi
reaksi antara cuprioksida menjadi CuSO4 dengan H2SO4. Dan CuSO4 itu bereaksi
dengan KI
|
8
|
Titrasi
secepatnya dengan larutan tio 0,1 N( gunakan penunjuk larutan kanji 0,5%).
|
Penetapan kadar
karbohidrat . titrasi ini dipercepat untuk menghundari penguapan KI
|
9
|
Kerjakan
juga blanko.
|
Untuk
membandingkan sampel dengan blanko
|
v Penentuan
Kadar Protein (Prosedur Analisa Tk. 2)
No
|
Prosedur
|
Tujuan
|
1
|
Timbang
0,51 gram sampel yang telah dihaluskan
|
Memperoleh berat sampel,
sampel halus dimaksudkan untuk memperluas permukaan sampel sehingga lebih
mudah terdestruksi
|
2
|
Masukkan
sampel ke dalam labu kjeldahl
|
Sebagai wadah
sampel dalam proses destruksi
|
3
|
Tambahkan
25ml H2SO4 pekat dan 2gr selenium
|
Untuk melepaskan
ikatan-ikatan karbohidrat, lemak, dan pengotornya serta untuk mempercepat
proses destruksi
|
4
|
Destruksi
sampel pada suhu 370-4100C sampai warna larutan hijau jernih dan
dinginkan
|
Untuk melepaskan
ikatan-ikatan karbohidrat, lemak, dan pengotornya serta untuk mempercepat
proses destruksi
|
5
|
Tuang
hasil destruksi kedalam labu destilasi, tambahkan 10ml aquades
|
Untuk
mengencerkan sampel hasil destruksi
|
6
|
TaTambahkan
NaOH 45% sampai pH=8
|
Untuk menetralkan
sampel
|
7
|
Tambahkan
sedikit Zn
|
Sebagai katalis
|
8
|
Siapkan 50ml H3BO3
0,1N dalam erlenmeyer
|
Untuk menangkap
NH3 yang dihasilkan
|
9
|
Pasang
kondensor pada labu destilasi, taruh erlenmeyer berisi H3BO3
pada ujung kondensor untuk menangkap NH3 yang dihasilkan
|
Untuk mendinginkan
uap destilasi
|
10
|
Destilasi
larutan sampai tetes distilat netral
|
Untuk memecah (NH4)2SO4
menjadi amonia (NH3)
|
11
|
Cuci
ujung kondensor
|
Untuk
membersihkan larutan sampel yang tersisa dalam kondensor
|
12
|
Tambahkan
3 tetes indikator BCG dan 1 tetes indikator MR pada erlenmeyer
|
Sebagai indikator
dalam proses titrasi bahwa titrasi telah mencapai TAT
|
13
|
Titrasi
dengan HCl 0,01N samapi berubah warna
|
Sebagai larutan
standar sekunder
|
v Penentuan
Kadar Lemak (Prosedur Analisa Tk. 2)
No
|
Prosedur
|
Tujuan
|
1
|
Konstankan
massa labu didih
|
Untuk mendapatkan
bobot konstan
|
2
|
Haluskan
sampel, timbang 1-2gram masukkan ke dalam beaker
|
Untuk memperbesar
kontak sampel dengan reagen dalam proses destruksi
|
3
|
Tambahkan
30ml HCl 25%, 20ml aquades, dan 3 buah batu didih
|
Untuk melepaskan
ikatan-ikatan karbohidrat, protein, dan kotoran-kotoran yang terdapat dalam
sampel
|
4
|
Tutup
dengan gelas arloji dan didihkan selama 15 menit
|
Agar uap yang
mengandung racun tidak menyebar
|
5
|
Saring dalam keadaan panas, cuci residu
dengan air panas sampai tidak bersifat asam
|
Untuk menghilangkan
sifat asam dalam sampel
|
6
|
Keringkan
kertas saring pada suhu 100-1050C
|
Untuk menghilangkan
pengotor dan lemak yang terdapat dalam kertas saring
|
7
|
Bungkus residu
beserta kertas saring menggunakan kertas saring lain dari kapas
|
Agar sampel tidak
mengalami kebocoran dan terekstrak sempurna
|
8
|
Masukkan dalam
soxhlet
|
Soxhlet adalah
tempat ekstraksi lemak
|
9
|
Ekstrak dengan
n-heksana selama 2-3 jam
|
Heksana ditambahkan
untuk mengekstraksi sampel agar mendapatkan hasil suling
|
10
|
Destilasikan
n-heksan dalam labu
|
Agar lemak dapat
terpisah dengan n-heksan
|
11
|
Keringkan labu
dan lemak yang terekstrak dalam oven pada suhu 1050C
|
Untuk memperoleh
kadar lemak yang sesungguhnya
|
12
|
Dinginkan
dalam eksikator
|
Untuk menyesuaikan
suhu labu dengan suhu ruangan
|
13
|
Timbang dan
catat
|
Untuk memperoleh
bobot dari labu yang berisi lemak
|
v Penentuan
Kadar Serat (SNI 01-2891-1992)
No
|
Prosedur
|
Tujuan
|
1
|
Konstankan
kertas saring
|
Mengetahui berat
konstan kertas saring
|
2
|
Haluskan
dan timbang sampel sebanyak 2 gram
|
Memudahkan pada
ekstraksi lemak, agar lemak hilang semua
|
3
|
Bebaskan
lemaknya dengan ekstraksi lemaknya (untuk bahan mengandung lemak) apabila
bahan sedikit mengandung lemak, tidak dilakukan ekstraksi tetapi digunakan
5-10gr bahan
|
|
4
|
Keringkan
sampel dan masukkan dalam erlnmeyer 250ml dan tambahkan batu didih
|
Untuk menguapkan
air dan zat volatile
|
5
|
Tambahkan
50ml H2SO4 1,25% dan hubungkan dengan pendingin balik
dan didihkan 30 menit sambil sekali-kali di goyangkan
|
Untuk mereaksikan
sampel dan reagen agar terbentuk endapan yang bersifat bulky
|
6
|
Saring
suspensi melalui kertas saring dan residu yang tertinggal pada kertas saring
dicuci dengan air mendidih
|
|
7
|
Cuci
residu dengan kertas saring sampai air cucian tidak bersifat asam lagi (uji
dengan kertas lakmus)
|
Untuk menangkap
endapan
|
8
|
Pindahkan
secara jumlah (kuantitatif) residu pada kertas saring ke dalam erlenmeyer kembali
dengan menggunakan spatula dan sisanya dicuci dengan larutan 50ml NaOH 3,25%
sampai semua residu masuk ke dalam erlenmeyer
|
Untuk mendapatkan
residu dari zat lain dan untuk membasakan sampel
|
9
|
Didihkan
dengan pendingin balik sambil kadang-kadang digoyangkan setiap 30menit
|
Untuk memisahkan
residu dengan filtratnya
|
10
|
Saring
emlalui kertas saring kering yang tellah diketahui bobot konstannya atau
cawan goch yang telah dipijarkan san diketahui bobotnya, sambil di cuci
dengan larutan K2SO4 95%
|
|
11
|
Cucilah
seklai lagi residu dengan air mendidih dan kemudian dengan kira-kira 15ml
alkohol 95%
|
Untuk mendapatkan
residu yang bersih dari zat lain
|
12
|
Keringkan
kertas saring atau cawan goch dengan isinya pada suhu 1100C dalam
oven kemudian dinginkan dalam eksikator dan timbang sampai bobot konstan
|
Mengeringkan
residu, menghilangkan adanya kandungan air, untuk memperoleh serat yang
sesungguhnya dan memperoleh berat yang konstan
|
Komentar
Posting Komentar