proposal pembuatan sabun
PROPOSAL

Disusun oleh
RINO RAMADHAN (27)
4 Kimia Analisis 3
SMK
NEGERI 1 (STM PEMBANGUNAN)
TEMANGGUNG
Jalan Kadar Maron, Kotak Pos 104,
Telp/Fax. (0293) 4901639
Website :http://stembatema.sch.id. E-mail:smkn1_marontmg@yahoo.co.id
Temanggung 56221
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Diawali
dengan zaman modern penawaran produk sabun mandi cair sangat banyak dan
menggiurkan dengan berbagai macam merek dan harga yang cukup bervariasi. Namun
pemakaian produk sabun mandi cair harganya cukup tinggi sehingga tidak bisa di
jangkau oleh semua lapisan masyarakat, walaupun memiliki nilai manfaat yang
cukup praktis untuk bisa di bawa kemana-mana, tetapi hal ini hanya di
manfaatkan untuk kalangan tertentu saja.
Lain
halnya dengan pemakaian sabun padat yang sudah ada sejak dahulu bahkan sampai
sekarang yang masih dimanfaatkan oleh sebagian besar masyarakat bahkan semua
lapisan dan golongan, walaupun kurang praktis tetapi cukup ekonomis. Ini
artinya sabun mandi padat masih menjadi pilihan masyarakat pada umumnya, dan
semakin bervariasinya aroma yang membuat konsumen tertarik.
Oleh
karena itu dalam makalah ini penulis akan mencoba mengamati bagaimana proses
pembuatan sabun padat, sebagaimana yang kita ketahui sabun padat ini masih
digunakan secara turun-temurun hingga zaman modern saat ini.
Sabun
adalah garam logam alkali ( biasanya garam natrium ) dari asam lemak. Sabun
mengandung garam C16 dan C18, namun dapat juga mengandung beberapa karboksilat
dengan bobot atom lebih rendah. Sabun dihasilkan oleh proses safinifikasi.
Yaitu hidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserol dalam kondisi basa.
Pembuat kondisi basa yang biasanya digunakan adalah NaOh dan KOH. Asam lemak
yang berikatan dengan natrium atau kalium inilah yang kemudian dinamakan sabun.
Namun kadang juga menggunakan NH4OH. Sabun yang dibuat dengan NaOH lebih lambat
larut dalam air dibandingkan dengan sabun yang dibuat menggunakan KOH. Sabun
yang terbuat dari alkali kuat (NaOH, KOH) mempunyai nilai pH antara 9,0 sampai
10,8 sedangkan sabun yang dibuat dengan alkali lemah (NH4OH) akan mempunyai
nilai pH yang lebih rendah yaitu 8,0 sampai 9,5.Suatu molekul sabun mengandung
suatu rantai hidrokarbon panjang plus ion. Bagian hidrokarbon dari molekul itu
bersifat hidrofobik dan larut dalam zat – zat non polar. Sedangkan ujung ion
bersifat hdrofilik dan larut dalam air. Karena adanyan rantai hidrokarbon,
sebuah molekul sabun secara keseluruhan tidaklah membentuk misel (micelles),
yakni segerombol (50-150) molekul air yang rantai hidrokarbonnya mengelompok
dengan ujung-ujung ionnnya yang menghadap ke air. (Ralph J. Fessenden, 1992)
B.
Manfaat
a. Meningkatkan
kemampuan dalam melakukan penelitian dan menganalisa suatu bahan / produk.
b. Meningkatkan kekreaifan siswa
c. Menerapkan ilmu yang diperoleh
C.
Tujuan
a.
Pemenuhan tugas
b.
Mengetahui cara pembuatan sabun padat
c.
Menambah wawasan tentang pembuatan produk khususnya sabun padat.
D.
Rumusan Masalah
a.
Bagaimana cara membuat pembuatan sabun?
b.
Apa bahan yang digunakan untuk pembuatan sabun ?
c.
Apa fungsi sabun ?
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Sejarah Sabun
Pliny (23 – 79) menyebut sabun
dalam Historia Naturalis, sebagai bahan cat rambut dan salep dari lemak dan abu
pohon beech yang dipakai masyarakat di Gaul, Prancis. Tahun 100 masyarakat Gaul
sudah memakai sabun keras.Ia juga menyebut pabrik sabun di Pompei yang berusia
2000 tahun, yang belum tergali. Di masa itu sabun lebih sebagai obat. Baru
belakangan ia dipakai sebagai pembersih, seperti kata Galen, ilmuwan Yunani, di
abad II.Tahun 700-an di Italia membuat sabun mulai dianggap sebagai seni.
Seabad kemudian muncul bangsa Spanyol sebagai pembuat sabun terkemuka di Eropa.
Sedangkan Inggris baru memproduksi tahun 1200-an. Secara berbarengan Marseille,
Genoa, Venice, dan Savona menjadi pusat perdagangan karena berlimpahnya minyak
zaitun setempat serta deposit soda mentah. Akhir tahun 1700-an Nicolas Leblanc,
kimiawan Prancis, menemukan, larutan alkali dapat dibuat dari garam meja biasa.
Sabun pun makin mudah dibuat, alhasil ia terjangkau bagi semua orang. Di
Amerika Utara industri sabun lahir tahun 1800-an. "Pengusaha-"nya
mengumpulkan sisa-sisa lemak yang lalu dimasak dalam panci besi
besar.Selanjutnya, adonan dituang dalam cetakan kayu.Setelah mengeras, sabun dipotong-potong,
dan dijualdari rumah ke rumah.Begitupun, baru abad XIX sabun menjadi barang
biasa, bukan lagi barang mewah (Baysinger, 2004).
Lemak dan minyak yang umum
digunakan dalam pembuatan sabun adalah trigliserida dengan tiga buah asam lemak
yang tidak beraturan diesterifikasi dengan gliserol.Masing– masing lemak
mengandung sejumlah molekul asam lemak dengan rantai karbon panjang antara C12
(asam laurik) hingga C18 (asam stearat) pada lemak jenuh dan begitu juga dengan
lemak tak jenuh. Campuran trigliserida diolah menjadi sabun melalui proses
saponifikasi dengan larutan natrium hidroksida membebaskan gliserol
(Baysinger, 2004).
Sifat – sifat sabun yang
dihasilkan ditentukan oleh jumlah dan komposisi darikomponen asam – asam lemak
yang digunakan.Komposisi asam – asam lemak yang sesuai dalam pembuatan sabun
dibatasi panjang rantai dan tingkat kejenuhan. Pada umumnya, panjang rantai
yang kurang dari 12 atom karbon dihindari penggunaanya karena dapat membuat
iritasi pada kulit, sebaliknya panjang rantai yang lebih dari 18 atom karbon
membentuk sabun yang sangat sukar larut dan sulit menimbulkan busa.Terlalu
besar bagian asam – asam lemak tak jenuh menghasilkan sabun yang
mudahteroksidasi bila terkena udara. Alasan – alasan di atas, faktor ekonomis,
dan daya jual menyebabkan lemak dan minyak yang dapat dibuat menjadi sabun
terbatas.
Sabun adalah hasil reaksi dari
asam lemak dengan logam alkali.Hasilpenyabunan tersebut diperoleh suatu
campuran sabun, gliserol, dan sisa alkali atau asam lemak yang berasal dari lemak
yang telah terhidrolisa oleh alkali. Campuran tersebut berupa masa yang kental,
masa tersebut dapat dipisahkan dari sabun dengan cara penggaraman, bila
sabunnya adalah sabun natrium, proses pengggaraman dapat dilakukan dengan
menambahkan larutan garam NaCl jenuh. Setelah penggaraman larutan sabun naik ke
permukaan larutan garam NaCl, sehingga dapat dipisahkan dari gliserol dan
larutan garam dengan cara menyaring dari larutan garam. Masa sabun yang kental
tersebut dicuci dengan air dingin untuk menetralkan alkali berlebih atau
memisahkan garam NaCl yang masih tercampur. Sabun kental kemudian dicetak
menjadi sabun tangan atau kepingan dan kepingan. Gliserol dapat dipisahkan dari
sisa larutan garam NaCl dengan jalan destilasi vakum.Garam NaCl dapat diperoleh
kembali dengan jalan pengkistralan dan dapat digunakan lagi (Ralph J.
Fessenden, 1992).
Penetapan Sabun
terdapat 2 macam, yaitu cara kualitatif dan cara kuantitatif.
a. Penetapan
Kualitatif
Penetapan secara kualitatif
dilakukan untuk mengetahui apakah sabun mengandung alkali bebas atau asam lemak
bebas.
Cara penetapan :
·
Contoh sabun diparut/ dipotong halus
·
imbang sabun sebanyak 0,1 gram sabun, masukkan kedalam
tabung rekasi yang bersih dan kering
·
Larutkan sabun dengan 2 ml Alkohol netral (bila perlu
dipanaskan diatas penangas air)
·
Kemudian dibubuhi 1-2 tetes indicator PP
b. Penetapan
Kuantitatif
·
Penetapan kuantitatif dilakukan dengan cara mengamati
hasil dari uji kualitatif Jika setelah dibubuhi indicator PP larutan sabun
tidak berwarna merah berarti sabun mengandung asam lemak bebas atau netral
·
Apabila sabun berwarna merah berarti sabun mengandung
alkali bebas
Analisis
sabun secara kuantitatif meliputi pemeriksaan :
1. Alkali
bebas
2. Asam
lemak bebas
3. Alkali
total
4. Alkali
terikat
5. Asam
lemak total
6. Asam
lemak terikat
7. Lemak
netral yang tidak tersabunkan
8. Zat
pemberat/ pengisi
9. Logam
minyak/ Minyak Pelikan
10. Kadar
air
B.
Pengertian Sabun
Sabun merupakan senyawa kimia
yang dihasikan dari reaksi lemak atau minyak dengan alkali. Sabun juga
merupakan garam-garam monovalen dari asam karboksilat dengan rumus umunya
RCOOM, R adalah rantai lurus (alifatis) panjang dengan jumlah atom C
bervariasi, yaitu antara C12 – C18 dan M adalah kation dari kelompok alkali
atau ion amonium (Austin, 1984).
Sabun
adalah garam logam dari asam lemak.
·
Pada prinsipnya sabun dibuat dengan cara mereaksikan
asam lemak dan alkali sehingga terjadi reaksi penyabunan
·
Reaksi pertama :
Lemak +
NaOH Hidrolisa mendidih
Gliserol + Asam lemak
·
Reaksi kedua :
3RCOOH +
NaOH Penyabunan
RCOONa + H2O
Suatu molekul sabun mengandung suatu rantai hidrokarbon panjang plus ujung
ion. Bagian hidrokarbon dari molekul itu bersifat hidrofobik dan larut dalam
zat-zat non-polar, sedangkan ujung ion bersifat hidrofilik dan larut dalam air.
Karena adanya rantai hidrokarbon, sebuah molekul sabun secara keseluruhan
tidaklah benar-benar larut dalam air. Namun sabun mudah tersuspensi dalam air
karena membentuk misel (micelles), yakni segerombol (50-150) molekul
sabun yang rantai hidrokarbonnya mengelompok dengan ujung-ujung ionnya
menghadap ke air (Austin, 1984).
Kegunaan sabun ialah kemempuannya mengemulsi kotoran berminyak sehingga
dapat dibuang dengan pembilasan. Kemampuan ini disebabkan oleh dua sifat sabun.
Pertama, rantai hidrokarbon sebuah molekul sabun larut dalam zat-zat non-polar,
seperti tetesan-tetesan minyak. Kedua, ujung anion molekul sabun, yang tertarik
pada air, ditolak oleh ujung anion molekul-molekul sabun yang menyembul dari
tetesan minyak lain. Karena tolak-menolak antara tetes-tetes sabun-minyak, maka
minyak itu tidak dapat saling bergabung tetapi tetap tersuspensi (Austin,
1984).
Sabun termasuk dalam kelas umum senyawa yang disebut surfaktan, yakni
senyawa yang dapat menurunkan tegangan permukaan air. Molekul surfaktan apa
saja mengandung suatu ujung hidrofobik (satu rantai molekul atau lebih) dan
suatu ujung hidrofilik. Porsi hidrokarbon suatu molekul surfaktan harus
mengandung 12 atom karbon atau lebih agar efektif (Austin,
1984).
Larutan encer sabun selalu terionkan membentuk anion dari alkil
karboksilat, yang aktif sebagai pencuci sehingga sabun alkil natrium
karboksilat disebut azt aktif anion. Gugus RCOO mempunyai sifat ganda, gugus
alkil R bersifat hidrofob (menolak air) sedangkan gugus karboksilat –
COO bersifat hidrofil (Harold. 1982).
RCOONa
RCOO- + Na+
Larutan sabun selalu trhidrolisa di dalam air sehingga bersifat sedikit
alkalis. Dengan penambahan indikator PP(fenolftalein) selalu berwarna merah
muda. Sehingga dalam waktu bersamaan akan terdapat molekul-moleku RCOONa, RCOOH
dan ion-ion RCOO , OH dan Na+.
RCOONa
RCOOH + Na+
Sabun dan asam lemak dapat membentuk :
X RCOOH +
Y
RCOONa
(RCOOH)X (RCOONa)Y
Suhu titer sabun adalah suhu dimana larutan koloid sabun berubah menjadi
kasar dan tidak aktif lagi. Sedangkan titik keruh adalah suhu dimana larutan
koloid sabun menjadi keruh karena terbentuknya dispersi kasar dan larutan sabun
menjadi kental sehingga dapat dipilin. Titik keruh disebut juga suhu pilin.
Suhu titer dan titik keruh tidak jauh berbeda dan merupakan indikasi dimana
larutan sabun tidak aktif lagi. Maka untuk penggunaan sebagai detergen, larutan
sabun dipanaskan sampai mendekati suhu titer (Harold.
1982).
Sabun larut dalam alkohol dan sedikit larut dalam pelarut lemak. Sabun
secara koloidal di dalam air dan bersifat sebagi zat aktif permukaan. R – COOL
. Gugus R sebagi alkil bersifat menolak air (hidrofob) dan gugus – COOL
bersifat menarik air (hidrofil) bila L berupa kation dari Na, K atau NH4.
Larutan koloidal akan terbentuk dengan cepat pada suhu makin tinggi (Harold.
1982).
Larutan asam akan segera menghidrolisa sabun menjadi asam lemak kembali. Di
dalam air dingin berbentuk gumpalan dan di dalam air panas akan melelh dan
membentuk lapisan minyak yang jernih di prmukaan larutan asam.
R – COONa
+ HCl H+
R – COOH + NaCl
C.
Sifat-sifat Sabun
a.
Sabun larut dalam alcohol dan sedikit larut dalam
pelarut lemak
Sabun + air → larutan
koloid
b.
Dalam air terlarut secara kolodial dan bersifat
surfaktan yang terdiri dari molekul yang suka air (hidrofil) dan tidak suka air
(hidrofob)
c.
Dalam air sadah (mengandung Ca dan Mg berlebih)
mengendap sebagai sabun kalsium/ natrium.
d.
Dalam asam, sabun akan terhidrolisa menjadi asam lemak
kembali.
RCOONa + HCl → RCOOH
+ NaCl
e.
Larutan encer sabun terionkan membentuk anion dari
alkil karboksilat, yang aktif sebagai pencuci (ZAP)
f.
Hidrolisa dalam air bersifat alkali dan terbentuk
molekul RCOONa, RCOOH, dan ion-ion RCOO-, OH-, dan Na+
g.
Panjang rantai alkil akan mempengaruhi sifat fisik
sabun seperti derajat hidrolisa, suhu titer, dan titik keruh. Untuk sabun
jumlah C-nya 14,15, dan 17
D.
Bahan Pembuatan Sabun
Secara teoritis semua minyak atau
lemak dapat digunakan untuk membuat sabun. Meskipun demikian, ada beberapa
faktor yang dipertimbangkan dalam memilih bahan mentah untuk membuat sabun.
Beberapa bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan sabun antara
lain (Ralph J. Fessenden, 1992).
a.
Minyak atau Lemak
Minyak atau lemak merupakan
senyawa lipid yang memiliki struktur berupa ester dari gliserol. Pada proses
pembuatan sabun, jenis minyak atau lemak yang digunakan adalah minyak nabati
atau lemak hewan. Perbedaan antara minyak dan lemak adalah wujud keduanya dalam
keadaan ruang. Minyak akan berwujud cair pada temperatur ruang (± 28°C),
sedangkan lemak akan berwujud padat (Ralph J. Fessenden, 1992).
Jumlah minyak atau lemak yang
digunakan dalam proses pembuatan sabun harus dibatasi karena berbagai alasan,
seperti : kelayakan ekonomi, spesifikasi produk (sabun tidak mudah teroksidasi,
mudah berbusa, dan mudah larut), dan lain-lain. Beberapa jenis minyak atau
lemak yang biasa dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya :
1.
allow ( Lemak Sapi )
Tallow adalah lemak sapi atau
domba yang dihasilkan oleh industri pengolahan daging sebagai hasil
samping. Tallow dengan kualitas baik biasanya digunakan dalam pembuatan sabun
mandi dan tallow dengan kualitas rendah digunakan dalam pembuatan sabun cuci.
Oleat dan stearat adalah asam lemak yang paling banyak terdapat dalam tallow.
Jumlah FFA dari tallow berkisar antara 0,75-7,0 %. Titer point pada tallow
umumnya di atas 40°C. Tallow dengan titer point di bawah 40°C dikenal dengan
nama grease. Kandungan utama dari tallow yaitu : asam oleat 40-45%, asam
palmitat 24-37%, asam stearat 14-19%, asam miristat 2-8%, asam linoleat 3-4%,
dan asam laurat 0,2%.
2.
Lard ( Lemak Babi )
Lard merupakan minyak babi yang
masih banyak mengandung asam lemak tak jenuh seperti asam oleat (60-65%) dan
asam lemak jenuh seperti asam stearat (35-40%). Jika digunakan sebagai
pengganti tallow, lard harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu untuk
mengurangi ketidakjenuhannya. Sabun yang dihasilkan dari lard berwarna putih
dan mudah berbusa.
3.
Palm Oil ( Minyak Sawit )
Minyak sawit berwarna jingga
kemerahan karena adanya kandungan zat warna karotenoid sehingga jika akan
digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun harus dipucatkan terlebih dahulu.
Sabun yang terbuat dari 100% minyak sawit akan bersifat keras dan sulit
berbusa. Maka dari itu, jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun,
minyak sawit harus dicampur dengan bahan lainnya. Kandungan asam lemaknya yaitu
asam palmitat 42-44%, asam oleat 35-40%, asam linoleat 10%, asam linolenat
0,3%, asam arachidonat 0,3%, asam laurat 0,3%, dan asam miristat 0,5-1%.
4.
Coconut Oil ( Minyak Kelapa )
Minyak
kelapa merupakan minyak nabati yang sering digunakan dalam industri
pembuatan sabun. Minyak kelapa berwarna kuning pucat dan diperoleh melalui
ekstraksi daging buah yang dikeringkan (kopra). Minyak kelapa memiliki
kandungan asam lemak jenuh yang tinggi, terutama asam laurat sekitar 44-52%,
sehingga minyak kelapa tahan terhadap oksidasi yang menimbulkan bau tengik.
5.
Palm Kernel Oil ( Minyak Inti Sawit )
Minyak inti sawit diperoleh dari
biji buah sawit. Minyak inti sawit memiliki kandungan asam lemak yang mirip
dengan minyak kelapa sehingga dapat digunakan sebagai pengganti minyak kelapa.
Minyak inti sawit memiliki kandungan asam lemak tak jenuh lebih tinggi dan asam
lemak rantai pendek lebih rendah daripada minyak kelapa. Kandungan asam lemak
yang terdapat pada palm kernel oil yaitu : asam laurat 40-52%, asam miristat
14-18%, asam oleat 11-19%, asam palmitat 7-9%, asam kaprat 3-7%, asam kaprilat 3-5%,
asam stearat 1-3%, dan asam linoleat 2%.
6.
Palm Oil Stearine ( Minyak Sawit Stearin )
Minyak sawit stearin adalah
minyak yang dihasilkan dari ekstraksi asam-asam lemak dari minyak sawit dengan
pelarut aseton dan heksana. Kandungan asam lemak terbesar dalam minyak ini
adalah asam palmitat 52-58% dan asam oleat 27-32%. Selain itu juga terdapat
asam linoleat 6,6-8,2%, asam stearat 4,8-5,3%, asam miristat 1,2-1,3%, asam
laurat 0,1- 0,4%
7.
Marine Oil
Marine oil berasal dari mamalia
laut (paus) dan ikan laut. Marine oil memiliki kandungan asam lemak tak jenuh
(asam oleat) yang cukup tinggi, sehingga harus dihidrogenasi parsial terlebih
dahulu sebelum digunakan sebagai bahan baku.
8.
Castor Oil ( Minyak Jarak )
Minyak jarak berwarna bening dan
dapat dimanfaatkan sebagai kosmetika, bahan baku pembuatan biodisel dan sabun.
Minyak jarak mempunyai massa jenis 0,957-0,963 kg/liter, bilangan iodium 82-88
g I2/100 g, bilangan penyabunan 176-181 mg KOH/g. Minyak jarak mengandung
komponen gliserida atau dikenal sebagai senyawa ester. Komposisi asam lemak
minyak jarak terdiri dari asam riccinoleat sebanyak 86%, asam oleat 8,5%, asam
linoleat 3,5%, asam stearat 0,5-2,0%, asam dihidroksi stearat 1-2% (G. Brown,
1973).
9.
Olive Oil ( Minyak Zaitun )
Minyak zaitun berasal dari ekstraksi
buah zaitun. Minyak zaitun dengan kualitas tinggi memiliki warna kekuningan.
Sabun yang berasal dari minyak zaitun memiliki sifat yang keras tapi lembut
bagi kulit. Zaitun secara alami mengandung beberapa senyawa yang tak
tersabunkan seperti fenol, tokoferol, sterol, pigmen, dan squalen. Minyak
zaitun juga mengandung triasil gliserol yang sebagian besar di antaranya berupa
asam lemak tidak jenuh tunggal jenis oleat. Kandungan asam oleat tersebut dapat
mencapai 55-83 persen dari total asam lemak dalam minyak zaitun.
10. Campuran
Minyak dan Lemak
Industri pembuat sabun umumnya
membuat sabun yang berasal dari campuran minyak dan lemak yang berbeda. Minyak
kelapa sering dicampur dengan tallow karena memiliki sifat yang
saling melengkapi. Minyak kelapa memiliki kandungan asam laurat dan miristat
yang tinggi dan dapat membuat sabun mudah larut dan berbusa. Kandungan stearat
dan dan palmitat yang tinggi dari tallow akan memperkeras struktur
sabun.
a.
Alkali
Jenis alkali yang umum digunakan
dalam proses saponifikasi adalah NaOH, KOH, Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines
(sinonim: 2-Aminoethanol, monoethanolamine, dengan rumus kimia C2H7NO, dan
formulasi kimia NH2CH2CH2OH). NaOH, atau yang biasa dikenal dengan soda kaustik
dalam industri sabun, merupakan alkali yang paling banyak digunakan dalam
pembuatan sabun keras. KOH banyak digunakan dalam pembuatan sabun cair karena
sifatnya yang mudah larut dalam air. Na2CO3 (abu soda/natrium karbonat)
merupakan alkali yang murah dan dapat menyabunkan asam lemak, tetapi tidak
dapat menyabunkan trigliserida dari minyak atau lemak (Ralph J. Fessenden,
1992).
E.
Fungsi sabun
Fungsi dari sabun adalah kemampuannya mengemulsi
kotoran berminyak sehingga dapat di buang dengan pembilasan, kemampuan ini
disebabkan oleh dua sifat sabun yaitu :
·
sabun alkali tanah untuk detergen (zat pencuci)
RCOONa, RCOOK, RCOONH4
·
sabun alkali logam mineral untuk zat tahan air yang
tidak permananen (RCOO)2Ca, (RCOO)2Mg, (RCOO)3Al (Ralph
J. Fessenden, 1992).
Sabun yang digunakan sebagai
pencuci pada umumnya dibuat dari basa natrium yang direaksikan dengan asam
lemak berantai panjang. Untuk tujuan tertentu sabun dapat dibuat dari garam
kalium, misalnya untuk sabun yang lebih lunak dan lebih larut dalam air. Cara
pembuatan sabun secara singkat dapat diihat sebagai berikut:
Pemasakan minyak/lemak dalam larutan alkali (NaOH atau
KOH) pada suhu mendidih (95 – 100 0C).
O
H2C-O-C-R’
H2C-OH
O
NaOH, hidrolisa
HC-O-C-R’’
HC-OH + 3 RCOOH
O
pada suhu mendidih
H2C-O-C-R’’’
H2C-OH
Lemak/minyak
gliserol asam
lemak
penyabunan
RCOOH +
NaOH
RCOONa
Detergent atau
sabun dapat digunakan sebagai pembersih pada air sadah karena detergent
tidak dapat bereaksi dengan air sadah sehingga tidak akan menimbulkan endapan
yang dimungkinkan daapat merugikan. Sedangkan pada sabun tidak dapat bekerja
pada air sadah karena sabun bereaksi pada air sadah yang dapat menimbulkan
kerusakan atau kerak pada baju maupun lantai.
Adapun sebab sabun dan detergen
bisa menjadi sebagai pembersih kotoran atau lemak dikarenakan sabun dan
detergen terdiri dari ujung hidrokarbon yang bersifat hidrokarbon yang bersifat
non polar dan ujung satunya besifat polar. Bagian non polar akan mengelilingin
tetesan minyak dan melarutkannya sesuai dengan asas like dissolved like,
sedangkan ujung polar dari molekul tersebut segera akan terlarut dalam air.
Detergent lebih efektif membersihkan kotoran karena kerja detergent tidak
dipengaruhi air sadah. Sedangkan sabun tidak bekerja efektif pada air sadah.
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
A. Tempat
SMK N 1 TEMANGGUNG
B. Waktu
2018/2019
C. Alat
dan Bahan
·
Alat :
o Blender
o Timbangan
o Ember (wadah lainnya)
o Gelas Beaker
o Alat Pengaduk
o Lap
o Cetakan
·
Bahan :
o Minyak Zaitun
o Tepung Mayzena
o Minyak Kelapa
o Minyak Sawit
o NaOH
o Air
o Pewarna Makanan
o Parfum
D. Prosedur
Kerja
1.
Timbang air dan NaOH / KOH, sesuai dengan Resep.
Larutkan NaOH / KOH ke dalam air sejuk / dingin (Jangan menggunakan wadah
aluminium. Gunakan stainless steel, gelas pyrex atau plastik-poliproplen).
Jangan menuangkan air ke NaOH / KOH. Tuangkan NaOH / KOH ke dalam air sedikit
demi sedikit. Aduk higga larut. Pertama-tama larutan akan panas dan berwarna
keputihan. Setelah larut semuanya, simpan di tempat aman untuk didinginkan
sampai suhu ruangan. Akan didapatkan larutan yang jernih
2.
Timbang minyak (Minyak Kelapa, Minyak Sawit, Minyak
Zaitun, Minyak Jagung, Minyak Kedelai...) sesuai dengan Resep
3.
Tuangkan minyak yang sudah ditimbang ke dalam blender.
4.
Hati-hati dalam menuangkan larutan NaOH / KOH ke dalam
minyak.
5.
Pasang cover blender, taruh kain di atas cover tadi
untuk menghindari cipratan dan proses pada putaran terendah. Hindari jangan
sampai menciprat ke muka atau badan anda. Hentikan blender dan periksa sabun
untuk melihat tahap “trace”. “Trace” adalah kondisi dimana sabun sudah
terbentuk dan merupakan akhir dari proses pengadukan. Tandanya adalah ketika
campuran sabun mulai mengental. Apabila disentuh dengan sendok, maka beberapa
detik bekas sendok tadi masih membekas, itulah mengapa dinamakan “trace”.
6.
Pada saat “trace” tadi anda bisa menambahkan
pengharum, pewarna atau aditif. Aduk beberapa detik kemudian hentikan putaran
blender.
7.
Tuang hasil sabun ini ke dalam cetakan. Tutup dengan
kain untuk insulasi. Simpan sabun dalam cetakan tadi selama satu hingga dua
hari. Kemudian keluarkan dari cetakan, potong sesuai selera. Simpan
sekurang-kurangnya 3 minggu sebelum dipakai.
DAFTAR PUSTAK
·
Apabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical,oli industri, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan solusi Chemical yang tepat kepada Anda,mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.Harga
BalasHapusTerjangkau
Cost saving
Solusi
Penawaran spesial
Salam,
(Tommy.k)
WA:081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com
Management
OUR SERVICE
Coagulan
Flokulan
Boiler Chemical Cleaning
Cooling tower Chemical Cleaning
Chiller Chemical Cleaning
AHU, Condensor Chemical Cleaning
Chemical Maintenance
Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
Garment wash
Eco Loundry
Paper Chemical
Textile Chemical
Coagulant
Flokulan,nutrisi, bakteri
Degreaser & Floor Cleaner Plant
Oli industri
Rust remover
Coal & feul oil additive
Cleaning Chemical
Lubricant
Other Chemical
RO Chemical
Hand sanitizer
Evaporator
Oli Grease
Karung
Synthetic PAO.. GENLUBRIC VG 68 C-PAO
Zinc oxide
Thinner
Macam 2 lem
Alat-alat listrik
Packaging
Pallet
CAT COLD GALVANIZE COMPOUND K 404 CG
Almunium